Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deteksi Dini Gempa di Jakarta

Kompas.com - 09/03/2011, 04:45 WIB

Selain itu, setiap murid sekolah juga diajarkan tentang bagaimana jika bencana terjadi, misalnya ketika terjadi gempa harus berlindung di bawah meja. ”Minimal satu tahun sekali ada simulasi bencana di sekolah-sekolah,” katanya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwonugroho mengatakan, sistem peringatan gempa dan tsunami di Jepang bisa berjalan dengan baik karena tingginya kesiapsiagaan masyarakat. ”Selain bagusnya jaringan infrastruktur dan informasi, budaya masyarakat menjadi faktor penting. Masyarakat Jepang lebih taat hukum dan disiplin,” katanya.

Sutopo membandingkan dengan sistem peringatan dini tsunami yang disampaikan BMKG saat gempa melanda Mentawai tahun lalu yang tidak sampai ke masyarakat. BMKG sudah mengirimkan peringatan potensi tsunami 4 menit lebih 46 detik setelah gempa Mentawai. Namun, hal itu tidak banyak bermanfaat karena tsunami bisa datang nyaris bersamaan dengan informasi itu.

”Tsunami di Indonesia banyak yang sumbernya lokal. Misalnya di Mentawai yang datang hanya 5-10 menit setelah gempa,” katanya.

Pada situasi itu, kata Sutopo, kuncinya masyarakat harus segera lari agar selamat. Begitu ada gempa yang cukup kuat dirasakan, mereka segera menjauh dari laut seperti dilakukan masyarakat Simeulue, Aceh, dengan smong-nya. Di sana, sistem deteksi dini gempa dan tsunami menjadi bagian budaya masyarakat lokal.

Masukkan kurikulum

Sutopo menambahkan, salah satu yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat adalah memasukkan pendidikan bencana dalam kurikulum sekolah. Kementerian Pendidikan Nasional sudah menyiapkan kurikulum soal bencana dan direncanakan selesai tahun 2011. Namun, BNPB belum banyak dilibatkan.

”Saya menemukan beberapa literatur untuk anak-anak sekolah belum komprehensif menyampaikan soal bencana. Selain itu, pengetahuan guru soal bencana juga masih harus ditingkatkan lagi,” katanya. (AIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com