Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy Makin Brutal

Kompas.com - 07/03/2011, 06:25 WIB

KOMPAS.com — Krisis Libya semakin tajam sejak pecah perang saudara, 1 Maret lalu, menyusul krisis politik terkait upaya kubu oposisi menggulingkan Moammar Khadafy. Dua hari berikutnya, Kamis (3/3/2011), Liga Hak Asasi Manusia Libya melaporkan, korban tewas telah mencapai 6.000 orang.

Dunia khawatir karena korban tewas bisa bertambah mengingat pertempuran antardua kubu masih berlangsung. Hari Minggu, pasukan Khadafy menghujani kota Sirte dan Ras Lanuf dengan bom dari jet tempur untuk merebut kembali dua kota itu dari oposisi. Pertempuran di darat juga terjadi di Zawiya dan Misrata di Libya barat.

Laporan sementara, akibat kekerasan pada Sabtu di Zawiya, 60 orang tewas. Belum ada laporan resmi tentang jatuhnya korban di kota-kota lain menyusul serangan artileri, mortir, rudal antipesawat, dan pengeboman dari udara oleh pasukan loyalis Khadafy. Hampir pasti, korban tewas terus berjatuhan akibat serangan itu.

Komunitas internasional, suka atau tidak suka, harus terlibat dalam upaya meredam krisis di Libya ini. Harus ada upaya bersama mencegah agar tidak timbul korban jiwa yang semakin banyak. Apalagi Khadafy sudah bersumpah akan berperang ”hingga tetes darah terakhir” atau hingga ”pria dan wanita terakhir” untuk melawan para ”kecoak” dan ”tikus”.

Memang sudah ada upaya internasional meredam krisis Libya. Negara-negara Barat, termasuk AS, telah membekukan aset pribadi, keluarga, dan kroni Khadafy. Sanksi lain adalah larangan bepergian dan embargo senjata. Bahkan, AS, Kanada, dan Perancis mengerahkan kapal perang lebih dekat ke Libya.

Khadafy tidak surut. Pasukannya semakin brutal melakukan serangan udara terhadap oposisi. Pasukan Khadafy terus membombardir memakai pesawat tempur. Meski dalam beberapa kali serangan oposisi menembak jatuh pesawat militer loyalis Khadafy, serangan udara ini justru paling mematikan oposisi.

Aksi Khadafy telah menarik kecaman internasional. Presiden AS Barack Obama dan para pemimpin dunia lain telah mengecam ”pembantaian” oleh Khadafy. Washington mempertimbangkan berbagai pilihan, termasuk zona larangan terbang di atas Libya, yang juga didukung sejumlah negara lain.

Zona larangan terbang adalah sebuah wilayah udara di mana pesawat militer tidak diizinkan terbang atau tidak ada penerbangan. Zona tersebut biasanya ditetapkan dalam konteks militer: zona demiliterisasi udara. Maksud dari zona larangan terbang ini untuk mencegah kemungkinan pengeboman dan serangan kimia dari udara.

Irak pernah dikenai zona larangan terbang pada tahun 1991-2003. AS, Inggris, Perancis, Turki, dan negara-negara lain pada tahun 1991 campur tangan dalam sengketa Kurdi-Irak di Irak utara dengan menerapkan zona larangan terbang. Pesawat militer Irak dicegah terbang agar tidak ada serangan terhadap orang-orang Kurdi oleh rezim Irak. Sanksi serupa pernah diterapkan di Bosnia dan Herzegovina pada tahun 1993-1995.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut penerapan zona larangan terbang atas Libya ”berlebihan”. Juru bicara Perancis, Francois Baroin, mengatakan, bantuan kemanusiaan seharusnya menjadi cara terbaik, bukan aksi militer. Dunia internasional kini masih bingung, belum menemukan formula terbaik meredam krisis Libya. Perang terus berkecamuk, korban pun berjatuhan. (AP/AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com