Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelinap ke Libya Bersama Oposan

Kompas.com - 07/03/2011, 05:54 WIB
Oleh Musthafa Abd Rahman

KOMPAS.com - Mereka adalah tiga orang yang mengaku bernama Ali Ahmed (52), Abdel Kadir Malti (49), dan Yusuf al-Heidari (29). Ketiganya mengaku dari kubu oposan Khadafy dan selama ini memilih hidup di pengasingan di Amerika Serikat.

Secara kebetulan, Kompas bertemu mereka di perbatasan Libya-Mesir dan mereka bersedia bersama-sama satu taksi menuju kota Benghazi (sekitar 700 kilometer dari perbatasan Libya-Mesir).

”Saya hengkang dari Libya pada 1980. Sejak itu saya tidak pernah mengunjungi Libya. Kalau berkunjung ke Libya, saya pasti dibunuh oleh rezim Khadafy,” ungkap Ali Ahmed yang berdomisili di Negara Bagian Washington, AS.

Begitu menginjakkan kaki di sisi Libya dari perbatasan Libya-Mesir di Saloum, Kamis (3/3/2011) sekitar pukul 10.00, tiga warga Libya oposan Khadafy itu tampak berkaca-kaca matanya. Mereka tidak dapat menahan rasa haru saat melihat kibaran bendera baru Libya yang berwarna paduan merah, hitam, dan hijau dengan gambar bulan bintang di tengah-tengahnya.

Bendera baru Libya itu seakan ingin memberikan pesan kepada siapa pun yang kini mengunjungi Libya dari arah wilayah timur tentang adanya sebuah realitas, yaitu Libya era baru. Libya yang terbebas dari rezim otoriter Moammar Khadafy yang berkuasa di negeri itu sejak 1969 melalui sebuah aksi kudeta militer terhadap Raja Idris, penguasa Libya saat itu.

Bendera baru di Libya timur itu adalah bendera yang digunakan pada era monarki (1951-1969). Khadafy kemudian mengubahnya dengan bendera berwarna hijau mulus setelah berhasil menggulingkan Raja Idris pada 1969.

Wilayah Libya timur, termasuk wilayah perbatasan dengan Mesir, jatuh ke tangan kaum pemuda Libya revolusioner sejak 15 Februari lalu.

”Saya bagaikan bermimpi bisa masuk Libya setelah 31 tahun tidak melihatnya,” ujar Ali Ahmed yang mengaku berasal dari kota Benghazi.

Rezim Khadafy selama ini dikenal kejam terhadap kaum oposisi Libya. Bagi kaum oposisi Libya hanya ada tiga pilihan, yaitu pertama, dibunuh. Kedua, hilang tanpa berita. Ketiga, hidup di pengasingan.

Suasana di sisi Libya dari perbatasan itu sangat sepi, tak ada kehidupan. Gedung imigrasi Libya di perbatasan yang cukup megah dan besar tampak ditutup. Hanya ada tiga pemuda Libya yang duduk di gerbang pertama masuk wilayah Libya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com