Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konspirasi Menuju Tata Dunia Baru?

Kompas.com - 06/03/2011, 11:29 WIB

Oleh Dahono Fitrianto

Gelombang revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara, tak pelak lagi, sedang dalam proses mengubah arah sejarah dunia. Peta keseimbangan kekuatan dan pola hubungan antarnegara yang baru akan ditentukan dari perkembangan situasi di dunia Arab saat ini. Muncul pertanyaan: apakah ini proses yang berjalan spontan atau didesain sejak awal?

Rangkaian aksi demonstrasi antipemerintah di dunia Arab telah memasuki bulan ketiga sejak diawali di Tunisia, Januari lalu. Tanda-tanda keterlibatan pihak asing dalam perkembangan situasi di kawasan itu pun makin jelas.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengakui di depan Komite Perubahan Anggaran Senat AS, Rabu (2/3/2011), bahwa Pemerintah AS melakukan kontak dan menawarkan bantuan kepada kelompok-kelompok oposisi di negara-negara yang sedang dilanda demonstrasi antipemerintah.

Artinya, AS mendukung kejatuhan rezim di negara-negara itu meski sebagian dari mereka adalah sekutu lama AS, seperti Presiden Mesir Hosni Mubarak atau Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Hillary ”membungkus” intervensi AS itu dengan dalih membendung langkah Iran yang lebih dulu mengintervensi aksi-aksi antipemerintah di Timur Tengah demi kepentingannya sendiri.

Wajar saja jika AS turun tangan langsung untuk mengintervensi perkembangan situasi di Timur Tengah dan sekitarnya. George Friedman, pendiri lembaga kajian intelijen Stratfor Global Intelligence, menyatakan, AS punya tiga kepentingan utama di kawasan ini, yakni menjaga perimbangan kekuatan di wilayah rawan konflik, memastikan pasokan minyak, dan mengalahkan kelompok-kelompok islamis ekstrem yang berpusat di kawasan itu.

Dari sisi pasokan minyak saja, perkembangan situasi di Timur Tengah saat ini memang sangat mengkhawatirkan bagi AS. Krisis di Mesir, misalnya, mengancam akses transpor minyak melalui Terusan Suez. Sementara itu, gelombang aksi antipemerintah yang mulai merambah negara-negara di Teluk Persia, seperti Oman dan Bahrain, mengancam jalur pasokan minyak di Selat Hormuz.

Teori konspirasi

Akan tetapi, berbagai analisis tentang gelombang revolusi dunia Arab tidak berhenti di situ. Teori konspirasi pun bermunculan, terutama yang menuduh bahwa AS dan sekutu-sekutunya sengaja mendesain sejak awal rangkaian aksi-aksi antipemerintah tersebut.

Tak kurang dari Presiden Ali Abdullah Saleh dari Yaman dan parlemen Iran secara terbuka membuat pernyataan terkait dugaan konspirasi ini. Saleh bahkan mengatakan, ada kamar komando operasi rahasia di Tel Aviv, Israel, yang dikendalikan Gedung Putih untuk menggerakkan aksi-aksi tersebut.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com