Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Loyalis Khadafy Kepung Zawiyah

Kompas.com - 06/03/2011, 02:38 WIB

Benghazi, Kompas - Tentara yang loyal kepada pemimpin Libya Moammar Khadafy bertahan di sekeliling kota Zawiyah di barat Libya, Sabtu (5/3) petang, setelah dipukul mundur pasukan perlawanan. Pagi harinya, ratusan milisi yang setia kepada Khadafy masuk ke pusat kota itu didukung sejumlah tank, yang menyebabkan pertempuran sengit dengan pasukan antipemerintah. 

Serangan ke Zawiyah ini adalah salah satu serangan terbesar pendukung Khadafy sejak kerusuhan terjadi 18 hari lalu. Eskalasi pertempuran meningkat sehari sebelumnya, ditandai dengan ledakan dahsyat yang mengguncang kota Benghazi, kota kedua terbesar di Libya, yang menjadi basis kelompok penentang Khadafy.

Ledakan di gudang senjata dan amunisi itu, seperti dilaporkan wartawan Kompas Musthafa Abd Rahman dari Benghazi, terjadi pada Jumat sekitar pukul 22.30 di distrik Wadi Jabbarah, dekat kota Benghazi. 

Pasukan Khadafy memasuki Zawiyah pukul 06.00, yang segera disambut perlawanan kelompok oposisi. ”Orang-orang kami menyerang balik. Kami telah menang dan warga sipil saat ini berkumpul di tengah kota,” kata Youssef Shagan, juru bicara kelompok anti-Khadafy, di kota yang terletak 50 kilometer sebelah barat ibu kota Tripoli itu.

Pernyataan Shagan sekaligus membantah klaim yang disiarkan televisi pemerintah bahwa loyalis Khadafy berhasil merebut kota Zawiyah yang sepekan terakhir menjadi ajang pertempuran kedua kubu. Namun, Shagan meyakini, serangan balik pemerintah bisa terulang setiap saat.

Shagan mengatakan, pasukan Khadafy melepaskan tembakan di pusat kota dan tank mereka menembaki kawasan perumahan sehingga warga terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Seorang dokter kepada kantor berita Reuters mengatakan, sedikitnya 30 orang tewas di Zawiyah karena serangan ini. Sebagian besar merupakan warga sipil. ”Ini jumlah yang pasti, tetapi kami yakin jumlah korban tewas yang sebenarnya jauh lebih besar dari ini,” ujarnya.

Shagan menambahkan, kelompok penentang Khadafy berhasil merebut 3 kendaraan serbu, 2 tank, dan 1 pikap milik pemerintah dalam 1,5 jam pertempuran.

Menjelang tengah hari, kubu Khadafy yang terdorong dari pusat kota mendirikan pos pemeriksaan, sekitar 3 kilometer dari pusat kota yang kembali dikuasai kelompok antipemerintah.

Ledakan besar

Kelompok antipemerintah sebelumnya mendapat pukulan telak dengan meledaknya gudang senjata dan amunisi di Benghazi. Ledakan besar itu menghancurkan wilayah seluas tiga kali lapangan sepak bola dan kebakaran yang terjadi melahap beberapa mobil di dekat lokasi tersebut.

Suasana semakin riuh dengan sirene ambulans yang hilir mudik mengangkut korban ke rumah sakit. Sedikitnya 17 warga sipil Libya tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat ledakan itu.

Suasana pada Jumat malam di Benghazi sangat menegangkan. Sejak pukul 21.00 hingga 24.00, terdengar rentetan bunyi tembakan dan ledakan keras di sekitar hotel yang ditempati Kompas.

Penyebab ledakan itu masih menjadi spekulasi. Dugaan terkuat adalah bom dilepaskan pesawat tempur loyalis Khadafy. Ada pula kecurigaan rezim Khadafy menyusupkan orang untuk meledakkan gudang amunisi itu, atau ledakan disebabkan oleh bom mobil.

Sebelumnya, seusai shalat Jumat di Benghazi, kelompok yang menamakan diri Revolusi Pemuda 17 Februari menyampaikan pernyataan politik. Mereka menuntut Khadafy mundur dan diajukan ke Pengadilan Kriminal Internasional di Belanda atas kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat Libya sejak berkuasa tahun 1969.

Ratusan ribu penduduk Benghazi juga menggelar unjuk rasa di Alun-alun Mahkamah, yang kini juga dinamakan Alun-alun Tahrir (Kebebasan). Teriakan ”pergi… pergi... pergi...” dan ”rakyat ingin rezim tumbang” menggema di Alun-alun Tahrir itu.

Dari timur

Para pemuda revolusioner yang dibantu tentara yang membelot dari rezim Khadafy terus menekan dari arah Timur. Di kota seperti El Brega, Ajdabiya, dan Ras Lanuf, sekitar 200 kilometer selatan Benghazi, mereka bertempur melawan milisi bersenjata loyalis Khadafy. Pertempuran itu melibatkan artileri dan rudal antiserangan udara.

Bendera pemberontak—merah, hitam, dan hijau dengan bulan dan bintang di tengahnya— berkibar di bundaran pusat kota Ras Lanuf, Sabtu. Tak ada tanda-tanda pasukan loyalis Khadafy setelah sehari sebelumnya terjadi pertempuran melawan antipemerintah. Namun, pemerintah membantah klaim kelompok oposisi bahwa mereka mengontrol kota itu sepenuhnya.

Ras Lanuf adalah salah satu penghasil minyak terbesar di Libya. Kantor Harouge Oil Operations, kilang minyak terbesar di kota itu, lengang ditinggalkan karyawannya, Sabtu, sedangkan kendaraan operasional perusahaan itu tampak dikuasai kelompok antipemerintah.

Pertempuran di Libya saat ini terbatas di kota-kota yang terdapat kilang minyak tersebut. Milisi loyalis Khadafy berusaha menguasai kembali kota-kota kaya minyak tersebut mengingat lokasinya yang strategis.

Jika loyalis Khadafy berhasil menguasai El Brega, Ajdabiya, dan Ras Lanuf, Benghazi yang dikuasai kelompok antipemerintah bisa jatuh ke tangan loyalis Khadafy lagi. Sebaliknya, bila kaum revolusioner memperkuat posisi, terbuka peluang untuk menyerbu Sirte, kota asal Khadafy. (Reuters/ap/afp/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com