Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendukung Khadafy Rebut Lagi Zawiyah

Kompas.com - 05/03/2011, 00:41 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Pasukan yang setia pada pemimpin Libya Moammar Khadafy merebut lagi Zawiyah dekat Tripoli dari tangan pemberontak, demikian dilaporkan televisi pemerintah, Jumat (4/3/2011). Televisi Saluran Satu mengatakan, "Penduduk Zawiyah dan para pemimpin komite rakyat telah mengamankan Zawiyah dari pasukan teroris bersenjata."        Saluran Dua mengatakan, pasukan pemerintah mengendalikan sebagian besar kota kelas menengah yang terletak sekitar 60 kilometer sebelah barat Tripoli. Pasukan itu juga menyita dari pemberontak 31 tank, 19 kendaraan lapis baja pengangkut pasukan dan persenjataan lain yang mencakup peluncur roket dan senapan anti-pesawat. Laporan-laporan mengatakan, "pemimpin kelompok teroris" kota bernama Hussein Darbuk dan deputinya tewas dan beberapa tokoh lain pemberontak ditangkap.       

Dalam pidato pada 24 Februari, Khadafy menuduh penduduk Zawiyah berpihak pada pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden. Kota itu menjadi tempat tinggal sejumlah perwira militer pendukungnya dan lokasi kilang minyak terbesar Libya. "Kalian di Zawiyah telah beralih ke Bin Laden. Mereka memberi kalian obat bius," kata Khadafy.       

"Jelas bahwa masalah ini kini dijalankan oleh Al-Qaeda," kata Khadafy dalam pidatonya kepada para sesepuh kota itu.

"Anak-anak muda bersenjata itu, anak-anak kita, dihasut oleh orang-orang yang diburu Amerika dan dunia Barat," imbuhnya.

Kamis, Presiden AS Barack Obama mengatakan, Khadafy telah kehilangan legitimasi dan harus mengundurkan diri. "AS dan seluruh dunia marah atas kekerasan mengerikan yang terjadi pada rakyat Libya," kata Obama pada jumpa pers di Gedung Putih.       

Pernyataan Obama itu disampaikan ketika kekerasan terus berlanjut di Libya dengan laporan-lapooran mengenai serangan udara oleh pasukan Khadafy.       

Hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Khadafy sejak pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Meski demikian, Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa. Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.       

Khadafy (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.       

Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2/2011) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jenderal yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu. Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.       

Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari. Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi. Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com