Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jari Maureen Kini Tak Lentik Lagi...

Kompas.com - 04/03/2011, 08:54 WIB

KOMPAS.com — Kasus dugaan malapraktik yang mengakibatkan seorang bayi mengalami cacat permanen kembali terjadi di Tangerang, Kabupaten Banten. Dugaan malapraktik kali ini menimpa Maureen Angela (8 bulan), putri semata wayang pasangan Linda Kurniawati (34) dan Budi Kuncahya (35). Linda dan Budi adalah warga Jalan Besi Raya, RT 05 RW 15, Nomor 27, Perumnas II, Cibodas Baru, Kota Tangerang.

Maureen harus kehilangan dua ruas jari kelingking tangan sebelah kanan. Hal ini diduga akibat kesalahan penanganan saat dia mengalami demam akibat kejang. ”Ini terjadi tiga bulan lalu. Saya tak tahu bagaimana masa depan Dede (panggilan Maureen) dengan cacat itu,” katanya.

Saat dipangku ibunya, Maureen tersenyum menatap wajah ibunya yang terlihat sedih. Bayi kelahiran 5 Juli 2010 itu memainkan kedua tangannya. Jari kelingkingnya hilang dua ruas dan satu ruas yang tersisa pun terlihat sudah mengerut.

Cacat pada jari kelingking itu bermula pada 15 November 2010 saat Dede yang berusia empat bulan mengalami demam tinggi disertai muntah. Dede lalu diperiksa dan diberi obat antimuntah, penurun panas, serta obat batuk dan pilek oleh dokter anak RS di Rumah Sakit Awal Bros (dulu RS Global Medika). Namun, malamnya Dede muntah disertai diare dan kejang.

Keesokan harinya, Dede dirawat di ruang UGD dan dipindahkan ke ruang ICU. Dia diberi infus sehingga pergelangan tangan hingga ujung jari kanan dibalut perban. Saat dibuka, tangan membengkak disertai warna merah keungu-unguan dan akhirnya menjadi hitam.

Kepada bayi itu, dokter memberi infus bicnat cairan kimia dosis keras untuk orang dewasa yang ditusuk dekat jari kelingking. Dokter jaga Id mengatakan, dalam tujuh hari, gejala hitam di tangan akan hilang. Namun, bukannya membaik, pergelangan hingga jari tangan kanan Dede melepuh, bernanah, dan semakin membengkak. Lama-kelamaan, ujung jari menghitam dan jari kelingking semakin mengecil dan akhirnya dua ruasnya putus.

”Yang membuat saya kaget, dokter mengatakan, infus itu baru pertama kali diberikan kepada bayi. Oh Tuhan, tega amat dokter itu menjadikan anak saya kelinci percobaan,” ujar Linda.

Sekitar Desember, dua ruas jari kelingking copot. ”Dua ruas jari itu masih kami simpan,” ungkap Linda.

Manajemen RS mengakui

RS Awal Bros tak langsung menanggapi kasus tersebut. Baru pada Rabu (2/3/2011), manajemen RS memberikan keterangan tanpa ada kesempatan tanya jawab bagi media. Mereka kabur setelah membacakan pernyataan tertulis rumah sakit.

Manajer Humas RS Awal Bros Elisabeth yang didampingi Direktur RS Awal Kuntari Retno membenarkan, bayi Maureen diberi cairan infus bicnat.

”Pemberian infus itu untuk membantu keselamatan nyawa bayi tersebut. Berangsur sembuh, tangan pasien mulai bergerak-gerak sehingga cairan infus di pergelangan tangan kemungkinan merembes,” kata Elisabeth.

Rembesan tersebut, ujar Elisabeth, mengakibatkan kerusakan jaringan pada ujung jari kelingking kanan. ”Kerusakan jaringan tersebut merupakan hal yang sangat tidak kami harapkan terjadi. Namun, tindakan yang sudah kami lakukan itu demi menyelamatkan nyawa bayi tersebut. Dampak dari risiko yang dapat terjadi dalam suatu proses pengobatan dan perawatan pasien ini dapat saja terjadi pada siapa pun,” ujar Elisabeth. (Pingkan Elita Dundu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com