Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta, Tirulah Jepang Ekspor Kendaraan

Kompas.com - 02/03/2011, 21:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan kemacetan kerap kali membuat industri otomotif menjadi kambing hitam akibat membanjirnya kendaraan pribadi di ibukota. Akan tetapi, produksi kendaraan tidak bisa dikendalikan karena permintaan masyarakat masih cukup tinggi. Permintaan masih tinggi lantaran kendaraan umum masih belum mampu menggantikan kendaraan pribadi.

Melihat fenomena ini, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto mengusulkan bahwa industri otomotif sebenarnya masih bisa berperan serta mengurangi kemacetan. Bagaimana caranya? Prijanto mengusulkan perubahan pola distribusi kendaraan pribadi yang dihasilkan industri otomotif.

"Dari sekian banyak penyebab kemacetan salah satunya adalah karena semakin mudahnya masyarakat membeli kendaraan bermotor, maka sebaiknya pihak-pihak terkait industri otomotif bisa ikut membantu," ungkap Prijanto, Rabu (3/3/2011), di Balaikota, Jakarta.

Prijanto melanjutkan peran serta industri otomatif bisa dilakukan dengan cara merubah pola distribusi kendaraan pribadi untuk dijual ke luar negeri, tidak ke dalam negeri alias diekspor. "Contohlah seperti Jepang, mereka membuat mobil untuk diekspor ke luar lagi bukan untuk dikonsumsi dalam negeri," ucapnya.

Hal tersebut diakui Prijanto sudah pernah dikomunikasikan kepada pemerintah pusat. "Ruang atau wadah itu kan memiliki daya dukung kemampuan kalau daya dukungnya sudah tidak mampu kita harus berpikir. Nanti kalau sudah angkutan umum memadai, orang pasti akan beralih," tandasnya.

Adapun, industri otomotif selalu berkilah bahwa bukan salah industri otomotif Jakarta menjadi macet. Pasalnya, industri ini mampu menyerap tenaga kerja sampai 400.000 orang. Sementara itu, produksi kendaraan di tahun 2010 mencapai lebih dari 700.000 unit. Dengan demikian besarnya tingkat produksi industri otomotif, Indonesia bisa mengalahkan Thailand sebagai pasar otomotif terbesar di ASEAN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com