Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inggris Siap Rebut Arsenal Kimia Khadafy

Kompas.com - 02/03/2011, 16:21 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Pasukan khusus Inggris (SAS) siap merebut tempat rahasia penyimpanan gas bubuk dan senjata kimia potensial yang milik rezim Moammar Khadafy di gurun Libya. Sumber-sumber Amerika mengungkapkan, SAS kemungkinan dipanggil untuk mengamankan hingga 10 ton gas bubuk dan sarin yang diyakini ditimbun di tiga lokasi terpisah.

Pasukan khusus Inggris diperkirakan sudah berada di Libya selama sekitar 10 hari dan telah memainkan peran penting dalam menyelamatkan ratusan pekerja minyak.

Selasa, David Cameron terus meningkatkan tekanan terhadap Khadafy dengan memperingatkan bahwa Inggris akan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok oposisi. Dia mengatakan, jika rezim Libya mulai "membunuh" rakyatnya dengan pesawat tempur, rencana harus dibuat untuk "melakukan sesuatu demi menghentikan hal itu".

Namun, suara-suara di kubu koalisi pemerintahan Inggris tentang pemerintah luar negeri semakin terbuka menentang penggunaan kekuatan militer terhadap Libya. Pemerintah Amerika Serikat juga mengecilkan prospek opsi itu, meski sumber-sumber mengungkapkan pada awal pekan ini bahwa kapal-kapal perang dan jet-jet tempur sedang pindah ke posisi di sekitar Libya. Jet-jet tempur Typhoon kemungkinan telah dipindahkan ke sebuah pangkalan RAF di Siprus.

Ada keprihatinan internasional yang meningkat atas persediaan senjata kimia yang diperkirakan masih disimpan Khadafy di tengah kekhawatiran bahwa senjata kimia itu dapat digunakan untuk menyerang demonstran atau disita teroris. Sumber-sumber Inggris mengatakan, mereka belum menerima permintaan khusus dari AS bagi keterlibatan SAS dalam operasi apa pun untuk mengamankan gudang-gudang senjata atau arsenal Khadafy. Namun, para pejabat mengatakan, rencana sedang disusun untuk "setiap kemungkinan".

John Major, mantan Perdana Menteri Inggris, mengatakan, jika Khadafy menggunakan senjata kimia, itu bisa memicu konflik militer. Ketika ditanya apakah penggunaan senjata kimia akan membuat perbedaan dalam pendekatan militer, Major mengatakan, "Saya pikir itu bisa, dan saya pikir itu harus. Saya ingat ketika mengunjungi pasukan sebelum Perang Teluk pertama. Dari yang termuda hingga komandan paling senior, yang menjadi perhatian utama adalah bahwa Saddam Hussein akan menggunakan senjata kimia. Dia tidak (melakukannya). Saya pikir, ia mengerti bahwa dunia akan menyerang dengan cara yang paling mengerikan jika ia lakukan itu. Dan saya sangat berharap banyak bahwa hal yang sama akan berlaku bagi Kolonel Khadafy di Libya."

Cameron menggunakan konferensi pers untuk berbicara menentang rezim Khadafy. "Adalah sah bagi kami untuk merencanakan dan melihat rencana zona larangan terbang," katanya. "Kami juga harus membuat kontak, mendapatkan pemahaman yang lebih besar dari kekuatan-kekuatan oposisi yang sekarang ada di Benghazi dan yang mengontrol cukup banyak daerah di negara itu. Saya tidak berpikir kami bisa pergi lebih dari itu untuk saat ini."

Sementara itu, Saif Khadafy, putra diktator itu, menyerang Cameron dan menuduhnya hanya "berpikir tamak tentang minyak". Ia mengatakan, Cameron "ingin menjadi pahlawan" dan menyangkal bahwa Libya tertarik dengan perubahan rezim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com