Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khadafy, Si Tangan Besi

Kompas.com - 28/02/2011, 04:08 WIB

Terhitung sejak 1 September 1969, sudah 41 tahun lima bulan Kolonel Moammar Khadafy memimpin Libya. Kekuasaannya dimulai dengan kudeta militer terhadap Raja Idris. Sepanjang kekuasaannya, sudah ribuan orang tewas dan hilang. Ia lebih memilih membunuh daripada menyerah.

Dalam seminggu terakhir, pria bernama lengkap Moammar Abu Minyar al-Khadafy ini diduga telah membunuh lebih dari 1.000 orang yang dilakukan para pendukungnya.

Ia tidak saja memerintahkan tentara untuk menembak dengan senjata biasa, tetapi juga menggunakan rudal antipesawat dan senjata otomatis. Tidak hanya dilakukan di darat, tetapi juga menembak dari udara menggunakan helikopter.

Kebrutalan Khadafy tidak hanya sampai di situ. Pria kelahiran 7 Juni 1942 ini juga memerintahkan para perwira militer untuk mengeksekusi mati tentara yang menolak menembak massa antipemerintah. Dalam laporan awal pekan lalu, ketika jumlah korban tewas baru 300 orang, sudah 130 tentara dieksekusi mati. Kejam!

Tidak heran jika mantan Menteri Negara Libya Shaheem Mohamed Ali Saeed menyebut Khadafy manusia ”jahat” dan ”kejam” atau ”anjing gila dari Timur Tengah”. Para pemimpin dunia kini juga mengutuknya.

Khadafy meraih kekuasaannya melalui kudeta terhadap Raja Idris, 1 September 1969. Saat itu ia pemuda berusia 27 tahun dan berpangkat kolonel—pangkat yang kini tetap dipertahankan. Ketika remaja, ia dipengaruhi nasionalis Arab, Gamal Abdel Nasser dari Mesir. Ia pernah keluar dari sekolah hanya untuk menggalang aksi protes mahasiswa pro-Nasser.

Terinspirasi Little Red Book karya pemimpin revolusi China, Mao Zedong, Khadafy menulis buku Buku Hijau dalam tiga jilid dengan subjudul ”Solusi untuk Masalah Demokrasi”, menjelaskan filosofi ”Sosialisme Islam”. Buku itu juga diperbanyak di Maladewa oleh mantan Presiden Maladewa Maumoon Abdul Gayoom.

Dalam bukunya, Khadafy mencatat bahwa dalam kondisi ideal, pemerintah seharusnya membuka jalan bagi pemerintahan oleh rakyat. Namun, selama 41 tahun kekuasaan Khadafy, rakyat terkekang dan bahkan suara yang menuntut perubahan menghadapi kematian.

Misalnya, pada tahun 1970-an ia mengeksekusi 22 perwira, membunuh, menculik, dan menghilangkan rakyatnya sendiri. Hal yang sama dilakukan pada tahun 1980-an. Pada tahun 1996, 1.000 orang di penjara Abu Salim ditembak mati.

Khadafy tidak pernah menyebut dirinya presiden atau memimpin partai politik. Ia tetap menyebut dirinya pemimpin revolusi. Para musuhnya disebut ”kecoak” dan ”tikus” yang harus diberantas sampai ke sarang-sarangnya.

Khadafy memiliki dua istri. Perkawinan dengan Fatiha, istri pertama, melahirkan satu anak. Perkawinan dengan Safia Farkash melahirkan delapan anak dan Saif al-Islam anak nomor pertama.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com