Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Bekukan Aset, PBB Bahas Sanksi

Kompas.com - 27/02/2011, 07:55 WIB

Demonstrasi menuntut pengunduran diri Khadafy, yang telah memerintah Libya selama 41 tahun lebih, telah memasuki hari ke-13 sejak dimulai di kota Benghazi, 15 Februari. Khadafy belum menunjukkan tanda menyerah.

Dalam pidato di Lapangan Hijau, Tripoli, Jumat, Khadafy menyerukan kepada para pendukungnya untuk melawan para pemberontak, dan bahkan mengatakan akan mempersenjatai rakyat sipil yang masih setia kepada dia guna menumpas pemberontakan.

Korban jiwa terus bertambah setelah tentara bayaran dan pasukan pemerintah yang masih loyal kepada Khadafy terus menembak.

Jumat malam dalam sidang DK PBB yang dihadiri 15 anggotanya, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, jumlah korban tewas telah melampaui 1.000 jiwa. Ia juga mengaku mendapat informasi bahwa tentara pendukung Khadafy memaksa masuk ke rumah-rumah sakit untuk membunuh para demonstran yang terluka. Tentara yang menolak perintah menembak warga sipil juga dibunuh oleh rekan-rekannya sendiri.

”Warga tidak berani keluar rumah karena takut ditembak pasukan pemerintah atau milisi. Inilah saatnya bagi Dewan Keamanan untuk mempertimbangkan langkah konkret. Dalam situasi seperti ini, semakin banyak waktu yang terbuang (untuk bertindak) berarti semakin banyak pula korban jiwa yang jatuh,” kata Ban Ki-moon.

Duta Besar Libya untuk PBB yang telah membelot dari pemerintahan Khadafy, Abdurrahman Shalgham, juga berpidato di hadapan DK PBB, meminta agar lembaga tersebut segera menyelamatkan Libya. Dalam pidato yang emosional, Shalgham membandingkan kekejaman Khadafy terhadap para demonstran ini dengan kekejaman para tiran, seperti Adolf Hitler dari Nazi Jerman, Joseph Stalin dari Uni Soviet, dan Pol Pot dari rezim Khmer Merah di Kamboja.

”Tolong, PBB, selamatkan Libya. Hentikan semua pertumpahan darah dan pembunuhan orang-orang yang tak bersalah. Kami menginginkan resolusi yang berani, cepat, dan menentukan dari Anda semua,” kata Shalgham, yang didampingi Deputi Duta Besar Libya Ibrahim Dabbashi, yang terlihat bercucuran air mata.

Tripoli mencekam

Suasana di Tripoli pun makin mencekam. Warga bersiap mengantisipasi pertempuran berdarah besar-besaran setelah Khadafy mengatakan akan membuka gudang-gudang amunisi tentara untuk mempersenjatai warga sipil pendukungnya.

Saksi mata mengatakan, dua dari tiga hotel berbintang lima di Tripoli sudah tutup. Sementara Hotel Corinthia, yang masih buka, sudah memulai proses evakuasi. Bank-bank masih tutup dan nilai tukar mata uang dinar Libya di pasar gelap terus merosot terhadap dollar AS dan euro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com