Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Tak Terkendali

Kompas.com - 23/02/2011, 03:25 WIB

London, Selasa - Harga minyak makin tak terkendali setelah kerusuhan di Libya tak kunjung mereda. Jika protes dan rusuh meluas ke negara produsen minyak utama lain di Timur Tengah dan Afrika Utara, harga minyak dikhawatirkan bisa menyentuh 140 dollar AS per barrel.

Dalam perdagangan di London, Inggris, Selasa (22/2) pagi, harga minyak mentah Brent untuk kontrak pembelian bulan April sempat menyentuh 108,57 dollar AS per barrel, atau melampaui rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir, yang tercatat sehari sebelumnya.

Sementara di New York, AS, harga patokan minyak mentah light sweet crude West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Maret melonjak hingga 94,49 dollar AS per barrel, atau naik lebih dari 7 dollar AS per barrel dibanding hari Senin. Harga minyak menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) berada di kisaran 100 dollar AS per barrel.

Kenaikan ini dipicu ketidakpastian yang makin tinggi di Libya, setelah beberapa diplomat negara itu di luar negeri berbalik melawan pemerintah dan beberapa pilot pesawat tempur Libya membelot ke negara lain. ”Berbeda dengan Mesir, Libya adalah negara produsen minyak yang signifikan. Kita kemungkinan akan melihat gangguan (pasokan minyak) terbesar setelah meletusnya Perang Teluk Kedua,” ungkap laporan kantor konsultan energi The Schork Report.

Namun, ketakutan terbesar para pelaku pasar saat ini adalah apabila protes dan kerusuhan di Libya merambat ke negara-negara produsen minyak utama lain di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Protes antipemerintah, yang dimulai di Tunisia dan berlanjut ke Mesir, saat ini juga telah merambat ke dua raksasa penghasil minyak, yakni Aljazair (produsen minyak terbesar kedua di Afrika) dan Iran (negara produsen minyak terbesar kedua di OPEC).

Krisis yang terjadi di kawasan pusat penghasil minyak dunia itu, menurut firma konsultan ekonomi Capital Economics, sejauh ini telah menaikkan harga minyak hingga 10 dollar AS per barrel. ”Melihat laju perkembangan situasi di kawasan ini, bukan tidak mungkin harga minyak akan mencapai 140 dollar AS (per barrel) dalam beberapa pekan mendatang, atau bahkan lebih, jika kerusuhan mulai mengganggu produksi di negara-negara produsen minyak yang lebih besar,” demikian bunyi laporan firma tersebut.

Hentikan produksi

Prospek terganggunya pasokan minyak dunia pun makin besar setelah perusahaan-perusahaan minyak asing di Libya mulai mengurangi jumlah staf, menurunkan produksi, atau bahkan menghentikan operasi sama sekali.

Perusahaan minyak terbesar dari Spanyol, Repsol, memutuskan menghentikan seluruh operasinya di Libya, Selasa, menyusul evakuasi para staf ekspatriat dan keluarga mereka sehari sebelumnya. Repsol, yang sudah beroperasi di Libya sejak 1970-an, memproduksi minyak 34.777 barrel per hari.

Perusahaan minyak Wintershall dari Jerman juga mulai mengevakuasi 130 staf dan keluarga mereka, Senin, yang berdampak pada penurunan produksi minyak mereka di Libya. Anak perusahaan BASF tersebut mengoperasikan delapan ladang minyak di Libya dengan kapasitas produksi mencapai 100.000 barrel per hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com