BEIJING, KOMPAS.com — Lebih dari 1.000 pekerja konstruksi China di Libya terpaksa mengungsi setelah para perampok bersenjata api menyerbu tempat tinggal mereka dan mencuri komputer serta koper mereka, kata pihak perusahaan dan media China, Selasa (22/2/2011).
Beijing telah mengingatkan warganya untuk tidak mengunjungi negara Afrika Utara itu dan mendesak perusahaan-perusahaan China yang beroperasi di sana melakukan pencegahan karena para pengunjuk rasa mulai memenuhi beberapa kota di Libya, yang mengancam pemimpin Moammar Khadafy yang telah berkuasa selama 41 tahun.
Para penjarah menyerbu markas Huafeng Company di kota Ajdabiyah di sebelah timur negara itu, Minggu malam, lapor Beijing News, yang mengutip pernyataan dari Kedutaan Besar China di Tripoli. Laporan itu menyebutkan, tidak ada korban luka dalam penyerangan tersebut.
Para pekerja mengemasi paspor, tiket pesawat, makanan, dan air lalu berjalan ke Tripoli yang berjarak beberapa ratus kilometer. Di Tripoli, mereka berharap bisa terbang kembali ke China.
Seorang juru bicara perusahaan itu membenarkan bahwa para pekerjanya berjalan menuju Tripoli, tetapi menyatakan bahwa jaraknya tidak sejauh itu. Ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hal itu.
Huafeng, yang berbasis di Provinsi Zhejiang, China bagian timur, terlibat dalam sejumlah proyek konstruksi perumahan di Libya.
Hari Senin, sekitar 500 warga Libya menjarah sebuah bangunan Korea Selatan (Korsel) yang masih dalam konstruksi di barat Tripoli. Para pekerja asal Korsel dan Banglades dilaporkan terluka dalam kejadian itu, kata Kementerian Luar Negeri Korsel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.