Ketika Badai Revolusi Menjalar ke Maroko

RABAT, KOMPAS.com - Badai revolusi terus meluas ke seantero Timur Tengah, termasuk sebagian Afrika. Satu demi satu rezim-rezim tua di sana digempur gerakan rakyat yang muak.

Rakyat Maroko pun terinspirasi keberhasilan rakyat Tunisia dan Mesir. Sekitar 3.000 sampai 4.000 orang Tunisia, Minggu (20/2/2011), turun ke jalan menuntut reformasi politik dan pembatasan kekuasaan Raja Mohammed VI.

Di jalanan ibukota Rabat, mereka berseru bahwa rakyat ingin perubahan, pemberantasan korupsi dan konstitusi yang demokratis. Di Casablanca, kota terbesar di negeri Afrika Utara itu, lebih dari 4.000 orang mengusung jargon, "kebebasan, martabat, keadilan."

Demonstrasi gelar serentak di berbagai kota, antara lain Marrakesh dan Tangier. "Gerakan 20 Februari" itu berhasil digalang berkat para pemuda Maroko berhimpun di laman Facebook.

Ini sama persis dengan kemanjuran "Revolusi Facebook" yang akhirnya menumbangkan penguasa-penguasa renta di Tunisia dan Mesir, juga menjalar ke Bahrain, Yaman  dan Aljazair.

Di Rabat, seorang guru berusia 52 tahun, Brahim Abu Dahal, berseru, "Perdana Menteri harus memiliki kekuasaan yang lebih luas dan akuntabel bagi rakyat." 

Para demonstran umumnya menghendaki agar Raja Mohammed VI tetap pada posisinya, tetapi tidak mengendalikan pemerintahan.

Di Marakesh, sekitar 150-200 orang menyerang dan menjarah toko-toko, termasuk restoran waralaba McDonalds. Insiden serupa terjadi di Larache. Sejumlahs aksi mengatakan, para pemuda menyerang kantor-kantor pemerintah, seperti kantor polisi.