TRIPOLI, KOMPAS.com - Ribuan pemrotes anti-pemerintah berada di jalan-jalan kota Benghazi, Libya timur, Jumat, sehari setelah unjuk rasa "Hari Kemarahan" yang berakhir bentrokan dengan pasukan keamanan dan menyebabkan sejumlah orang tewas.
Radio Inggris BBC, yang mengutip seorang saksi mata mengatakan para pemrotes terhadap kekuasaan empat dasa warsa Muamar Gaddafi terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan yang menggunakan senjata-senjata api, dan para dokter menghitung ada 10 mayat. Kantor berita AFP yang mengutip pernyataan kelompok hak azasi manusia yang berpusat di Jenewa mengatakan, para penembak gelap di kota Al Bayda, timur Benghazi mengatakan 13 pemrotes tewas.
Sumber-sumber yang tidak disebutkan namanya mengemukakan kepada kantor berita Reuters bahwa lima orang tewas, kata BBC. Pemakaman para korban yang tewas baik di Benghazi maupun di Al Bayda dilakukan pada hari Jumat ini. Acara pemakaman itu dapat menimbulkan protes-protes baru.
Hari Kamis, bentrokan-bentrokan yang menelan korban jiwa meletus di beberapa kota setelah pihak oposisi menyerukan protes-protes dalam satu aksi yang jarang terjadi yang meniru pemberontakan di negara-negara Arab lainnya dan telah mengguligkan Presiden Mesir Hosni Mubarak dan Presiden Tunisia Zine al Abidine Ben Ali.
Para pengamat mengatakan kekayaan minyak Libya seharusnya memberikan pemerintah kemampuan mengatasi masalah-masalah sosial dan mengurangi bahaya pemberontakan seperti yang terjadi di Mesir. Pengawasan ketat terhadap media dan komunikasi di Libya membuat sulit untuk menaksir seberapa luas aksi kekerasan itu, tetapi pada Jumat ini, laporan-laporan yang tidak diverfikasikan di jejaring sosial mengatakan hampir 50 orang tewas.
Musuh-musuh Gaddafi mengatakan, mereka menginginkan kebebasan politik, penghormatan hak asasi manusia dan pemberantasan korupsi. Gaddafi mengatakan rakyat Libya menjalani demokrasi. Para pendukung pro-pemerintah juga turun ke jalan-jalan lagi, Jumat, kata stasiun televisi CNN. Televisi itu mengatakan, gambar-gambar yang ditayangkan di televisi pemerintah Libya yang dikatakan disiarkan secara langsung menunjukkan para pengunjuk rasa itu meneriakkan slogan-slogan mendukung Gaddafi.
Massa pro-Gaddafi terlihat bernyanyi ketika bergerak melalui sebuah jalan di ibu kota Tripoli yang dipenuhi dengan orang-orang yang membawa fotonya. Bentrokan terburuk Kamis itu tampaknya terjadi di daerah Cyrenaica, di bagian tengah Benghazi, di mana pendukung Gaddafi biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan daerah-daerah lain negara itu.
Sebelumnya, seorang penduduk di Al Bayda mengemukakan kepada Reuters melalui telepon, "Situasi masih simpang siur... Para pemuda tidak ingin mendengar apa yang dikatakan oleh para senior." Hubungan telepon ke kota yang terletak 200 km dari Benghazi itu putus Kamis petang dan para pejabat melarang wartawan terbang ke Benghazi dari Tripoli.
Surat kabar Quryna melaporkan, komandan keamanan daerah itu telah dipecat dari jabatannya atas tewasnya para pemrotes di Al Bayda. Kelompok Hak Asasi Manusia Amnesti Internasional mengatakan, pasukan keamanan melepaskan tembakan ke para pemerotes di Al Bayda, menewaskan seorang pria bernama Nacer Miftah Gout’ani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.