Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Antusias Gulingkan Otoritarian

Kompas.com - 17/02/2011, 07:55 WIB

TRIPOLI, KOMPAS.com - Aksi protes massal merebak di dunia Arab. Terinspirasi gelombang demonstrasi yang menjatuhkan rezim berkuasa di Tunisia dan Mesir, massa Iran, Aljazair, Bahrain, Libya, Jordania, Suriah, dan Yaman kini turun ke jalan untuk tujuan yang sama.

Efek domino perlawanan rakyat Tunisia merambat ke banyak negara di Timur Tengah dan Afrika Utara. Rabu (16/2), demonstrasi besar-besaran disertai tindak kekerasan oleh aparat merebak di Teheran, Iran.

Kubu propemerintah dan oposisi bentrok ketika oposisi memperingati kematian seorang mahasiswa, Sanee Zhaleh, yang ditembak mati aparat pada unjuk rasa antipemerintah, Senin.

Massa oposisi Iran berdemonstrasi, menyanyikan slogan-slogan anti-Presiden Mahmoud Ahmadinejad dengan dalih mendukung revolusi Arab. Dua tokoh opososi Iran, Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi, yang menjadi target untuk dijatuhi hukuman mati oleh parlemen, Rabu, menyalahkan penguasa dan memuji aksi para demonstran.

Karroubi bahkan melawan dengan mengatakan, ”Akan membayar dengan harga apa pun untuk membawa perubahan demokrasi atau sosial dan politik.” Ia melawan dan menyerukan perjuangan rakyat lewat situs pribadinya, sahamnews.org, bahwa ia telah siap ”membayar harga apa pun”.

”Saya menyatakan bahwa saya tidak takut ancaman apa pun. Dan sebagai prajurit bangsa yang besar, saya siap berkorban,” katanya.

Anggota parlemen dari kalangan garis keras menyerukan agar Karroubi, Mousavi, dan Mohammad Khatami, tokoh proreformasi Iran, diseret ke pengadilan dan dihukum mati. Mereka dituding sebagai pendukung unjuk rasa aksi antipemerintah yang menyebabkan seorang mahasiswa tewas pada Senin lalu.

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan, ”musuh” yang merencanakan demonstrasi antipemerintah di Teheran, Senin, akan gagal mencapai tujuan. ”Ini bukti jelas bahwa Iran memiliki musuh. Iran adalah sebuah negara yang ingin maju dan mencapai puncaknya serta ingin mengubah hubungan antara negara-negara di dunia,” ujarnya dalam siaran langsung di televisi negara.

Berkuasa 41 tahun

Aksi unjuk rasa massal untuk menggulingkan rezim otokratik juga muncul di Benghazi, kota terbesar kedua di Libya, Rabu. Unjuk rasa ini adalah yang pertama kali dilakukan sejak pemimpin Libya Moammar Khadafy berkuasa pada 1969. Massa berpawai dan berorasi mendesak Khadafy mundur.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com