Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panglima Militer Mesir Tolak Reformasi

Kompas.com - 16/02/2011, 13:52 WIB

KAIRO, KOMPAS.com — Pemimpin militer yang ditugasi untuk mengubah Mesir menentang reformasi politik karena ia percaya hal itu "mengikis kekuasaan pemerintah pusat", demikian menurut bocoran kawat diplomatik AS. Panglima Mohamad Tantawi, yang kini menjadi kepala Dewan Agung Militer setelah memegang kendali atas Mesir sejak minggu lalu, juga menentang reformasi ekonomi karena hal itu menciptakan "ketidakstabilan sosial".

Risalah-risalah itu termuat dalam kawat diplomatik yang dimuat di situs web WikiLeaks, menimbulkan pertanyaan tentang kecocokan posisi panglima itu dalam mengawasi transisi di Mesir menuju pemerintahan yang akan dipilih secara demokratis. Harian Inggris, The Daily Telegraph, Selasa (15/2/2011), menerbitkan di situsnya ratusan bocoran kawat yang ditulis oleh para diplomat AS di Kedutaan Amerika di Kairo dan dikirim ke Washington. Satu kawat, dikirim dari Kairo ke Washington pada Maret 2008 menjelang satu kunjungan resmi, melaporkan bagaimana panglima berusia 76 tahun itu menentang perubahan.

Kawat tersebut menyatakan, "Tantawi telah menentang reformasi ekonomi dan politik yang dia anggap menggerogoti kekuasaan pemerintah pusat. Dia sangat peduli dengan persatuan nasional, dan menentang inisiatif kebijakan yang ia pandang akan mendorong perpecahan politik atau agama dalam masyarakat Mesir."

Peran Panglima Tantawi sebagai kepala negara sementara dipastikan pada akhir pekan lalu setelah Presiden Hosni Mubarak melarikan diri dari Kairo ke resor Sharm el-Sheikh di dekat Laut Merah.

Komunike-komunike tersebut juga menceritakan penentangan Tantawi terhadap reformasi ekonomi yang telah didorong oleh Presiden Mubarak. Kawat itu mengatakan, "Tantawi percaya bahwa rencana reformasi ekonomi Mesir memberi kesempatan bagi ketidakstabilan sosial dengan mengurangi kontrol Pemerintah Mesir atas harga dan produksi." Dia juga menolak setiap transaksi peralatan militer dengan imbalan konsesi kebijakan hak asasi manusia, kata komunike tersebut.

Para pejabat menduga, usianya yang lanjut membuat dia jadi lebih berpikiran konservatif. Mereka menggambarkan dia sebagai "penghambat perubahan karena faktor usia". Kawat itu melanjutkan, "Dia dan Mubarak terfokus pada stabilitas rezim dan mempertahankan status quo sampai akhir masa mereka. Mereka tidak memiliki energi, kecenderungan atau pandangan dunia untuk melakukan hal berbeda." Sementara kawat-kawat lain menunjukkan sejauh mana angkatan bersenjata Mesir telah menyebarkan pengaruhnya ke seluruh negara itu.

Satu komunike, dikirim pada September 2008, mengatakan, "Para penghubung mengatakan kepada kami bahwa militer memiliki perusahaan-perusahaan, yang sering kali dijalankan oleh pensiunan jenderal. Perusahaan-perusahaan itu aktif di bidang perairan, minyak zaitun, semen, konstruksi, hotel, dan industri bensin." Kawat itu juga menduga, 'sejumlah besar lahan di Delta Nil dan pantai Laut Merah" dimiliki oleh angkatan bersenjata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com