Jakarta, Kompas -
Sebaliknya, pemerintah telah memulai tahapan untuk mengirim kembali WNI, yang sebelumnya telah dievakuasi itu, ke Mesir. Ketua Satuan Tugas Pemulangan WNI di Mesir Hassan Wirajuda menyampaikan hal itu, Senin (14/2) di Jakarta.
Selama krisis di Mesir, menurut Hassan, pemerintah mengevakuasi 2.432 WNI dalam enam kelompok penerbangan dengan pesawat Boeing 747-400 milik maskapai Garuda Indonesia. Sebagian besar warga negara Indonesia yang dievakuasi adalah mahasiswa dan kini telah berada di daerah asalnya.
Terkait pengiriman kembali WNI itu ke Mesir, Satgas meminta mereka mempersiapkan dokumen yang diperlukan dan diberikan tenggat sampai dengan 30 hari sejak kedatangannya kembali ke Tanah Air. Seluruh biaya transportasi bus, kereta api, dan pesawat dari daerah asal ke Jakarta hingga terakhir diberangkatkan ke Kairo, berikut biaya pengurusan visa, akan ditanggung Satgas. Asrama Haji Pondok Gede akan kembali digunakan untuk tempat transit pengiriman kembali mereka ke Mesir.
”Untuk mempermudah pengaturan pengembalian warga negara Indonesia ke Mesir, kami membuka posko di Kementerian Pendidikan Nasional. Dalam posko itu ada unsur dari Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, serta Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk urusan keimigrasian,” kata Hassan.
Selain memfasilitasi pengiriman kembali WNI ke Mesir, pemerintah juga memberikan beasiswa khusus kepada mahasiswa yang tidak bersedia dievakuasi dan kini masih tinggal di Mesir.
Besaran beasiswa yang diberikan adalah 350 pound Mesir (sekitar 60 dollar AS atau Rp 540.000) setiap bulan. Beasiswa diberikan selama tiga bulan terhitung sejak 1 Februari 2011. Diperkirakan, jumlah mahasiswa yang tetap tinggal di Mesir dan berhak mendapat beasiswa itu mencapai 2.000 orang.
”Mulai hari ini (Senin) Kedutaan Besar RI di Kairo mendata mahasiswa yang tinggal untuk pemberian beasiswa itu,” ujar Hassan.