Beijing, Jumat
Chen Guangcheng, aktivis itu, dikenal dunia karena membuka aib China soal pelanggaran terkait kebijakan ”satu anak” dan pelanggaran lain. Dia dipukuli pada hari Selasa (8/2) oleh polisi di Provinsi Shandong.
Kelompok pembela hak asasi manusia China mengatakan, istri Chen, Yuan Weijing, yang juga berada dalam tahanan rumah, turut dipukuli.
Polisi menolak mengizinkan Chen ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka akibat pemukulan dan membuatnya hanya bisa berbaring di ranjang.
Kelompok HAM yang berbasis di Hongkong mengatakan, informasi itu datang dari sebuah sumber yang bisa dipercaya dan menegaskan pemukulan tersebut ”tidak ringan” walau tidak mengancam jiwanya.
Organisasi China Aid Association (CAA) yang berbasis di Amerika Serikat hari Kamis mengeluarkan sebuah rekaman video tentang Chen dan Yuan. Keduanya berbicara mengenai hidup mereka yang berbulan-bulan diawasi di rumah mereka di sebuah desa di Provinsi Shandong setelah Chen dibebaskan dari penjara bulan September 2010.
Dalam video berdurasi satu jam yang tergolong berani, yang dipasang dalam situs YouTube oleh CAA, Chen mengatakan, polisi mengancam akan memukul atau memasukkannya kembali ke penjara.
”Kelompok konservatif dari Partai Komunis telah mencapai titik terburuk dan terang-terangan mengabaikan konstitusi yang bertujuan membela hak-hak asasi,” kata Chen dalam video tersebut.