Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkah Polah Warga di Alun-alun Kebebasan

Kompas.com - 09/02/2011, 08:27 WIB
Oleh: Musthafa Abd Rahman

 

KAIRO, KOMPAS.com -  Alun-alun Tahrir (Kebebasan) sontak menjadi tempat paling populer. Di sana gerakan massa antirezim Presiden Hosni Mubarak sejak 25 Januari lalu beraksi. Alun-alun itu menjadi sorotan media dari seantero dunia.

Seorang tokoh Mesir bernama Khedive Ismail Pasha, yang membangun Alun-alun Tahrir pada akhir abad ke-19, hanya menginginkan alun-alun yang luas itu sebagai tempat bersantai atau pertemuan penduduk Kairo. Sebab, letaknya hanya sekitar 100 meter dari Sungai Nil.

Alun-alun Tahrir kini seperti sebuah negara dalam negara karena praktis terpisah dari wilayah sekitarnya. Alun-alun Tahrir memiliki delapan pintu masuk yang dijaga ketat aparat dengan tank dan kendaraan lapis baja militer. Siapa pun yang ingin masuk harus menunjukkan kartu identitas.

Memasuki Alun-alun Tahrir pada pagi hari relatif lebih cepat karena terhindar dari antrean panjang massa anti-Mubarak. Masih banyak yang ingin memasuki alun-alun tersebut, terutama warga dari berbagai penjuru kota Kairo.

Namun, jika memasuki alun-alun ini di atas pukul 14.00, pasti terjegal antrean yang sangat panjang. Massa anti-Mubarak memasuki alun-alun itu pada sore dan malam hari.

Di dalam alun-alun kini berdiri puluhan kemah. Para penghuni kemah bertekad tidak akan meninggalkannya sebelum Mubarak mundur. Tidak heran jika di sana banyak pedagang asongan penjaja makanan dan minuman.

Pengunjuk rasa yang tidak ingin keluar dari lokasi tidak perlu pusing soal urusan logistik. Para pedagang asongan menawarkan makanan dan minuman.

Ada pula pengunjuk rasa yang membawa stok makanan dan minuman dari rumah. Jika stok logistik habis, mereka pulang ke rumah untuk mengambil stok makanan dan kembali ke Tahrir.

Para pengunjuk rasa juga menjalankan ibadah. Warga Muslim selalu menjalankan shalat berjemaah lima waktu dari shalat subuh hingga shalat isya. Warga Kristen juga melakukan misa di alun-alun itu.

Para relawan

Aktivitas sehari-hari mereka beraneka ragam. Ada yang hanya duduk-duduk atau berdiri berkelompok sambil ngobrol. Ada yang membentuk barisan, lalu berkeliling di alun-alun sambil meneriakkan kalimat, ”Pergi... pergi” dan ”Rakyat menghendaki rezim mundur”.

Di alun-alun didirikan pula sebuah panggung sebagai tempat penggalangan atau penyampaian informasi. Di sana juga ada puskesmas darurat untuk pertolongan medis bagi para pengunjuk rasa. ”Saya sudah berada di Alun-alun Tahrir sejak tiga hari lalu. Saya dan teman-teman memberi pertolongan medis kepada para pengunjuk rasa yang luka-luka atau yang membutuhkan pengobatan,” ungkap dokter Mohamed Ali (31).

Pengunjuk rasa yang datang berobat mencapai 300-500 orang setiap hari. ”Pengunjuk rasa terbesar yang datang berobat mulai hari Rabu (2/2) lalu ketika terjadi bentrok antara massa pro dan kontra-Mubarak,” ujarnya.

Seorang dokter lain bernama Wael (32) mengatakan, obat-obatan dipasok oleh para relawan. ”Ada juga orang yang memberi uang agar dibelikan obat-obatan untuk para pengunjuk rasa,” ungkap Wael.

Aksi massa menduduki Alun-alun Tahrir melumpuhkan 60 persen perekonomian kota Kairo. Di alun-alun dan sekitarnya terdapat perkantoran dan pertokoan. Kantor Liga Arab, kantor imigrasi pusat, Museum Nasional, Universitas Amerika, Kedutaan Besar Inggris dan AS, Hotel Semiramis, Hotel Nil Hilton, Hotel Shepheard, dan pertokoan ada di sekitarnya.

Alun-alun Tahrir yang berarti ’alun-alun kebebasan’ tampaknya ingin terus mengukir sejarah sebagai tempat rakyat Mesir meluapkan kemarahan atau protes.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com