Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNESCO Kirim Tim Selidiki Kerusakan

Kompas.com - 09/02/2011, 04:13 WIB

PARIS, SELASA - Badan warisan dunia UNESCO berencana segera mengirim sebuah tim untuk memeriksa kondisi dan kerusakan yang terjadi pada candi Preah Vihear. Candi peninggalan Hindu berusia 1.000 tahun itu dikabarkan rusak di sebagian sisi menyusul insiden saling tembak antara militer Thailand dan Kamboja sejak Jumat lalu.

Hal itu disampaikan Ketua UNESCO Irina Bokova, Selasa (8/2). Candi itu sejak tahun 2008 ditetapkan masuk dalam situs warisan dunia yang harus dilindungi. Insiden saling tembak antarmiliter kedua negara juga meminta korban jiwa sebanyak lima orang dari kedua pihak, baik sipil maupun personel militer.

Hujan tembakan dan peluru artileri dari kedua negara sejak Jumat lalu dilaporkan merusak beberapa sisi bangunan candi. Menurut saksi mata, lantai candi banyak dipenuhi pecahan peluru meriam yang berserakan. Adapun di beberapa bagian sisi dinding batu candi tampak lubang bekas tembakan.

Pihak Kamboja sempat meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun tangan, sedangkan Thailand menolak ada keterlibatan pihak ketiga. Pemerintah Thailand menilai seruan Kamboja itu sebagai upaya untuk ”menginternasionalisasi” kasus tersebut.

Dua pihak menerima

Saat dihubungi di Bangkok, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa kepada Kompas menyatakan, kedua belah pihak bersedia menerima kunjungannya dengan baik. Pertemuan-pertemuan itu digelar secara terpisah dua hari berturut-turut, sekaligus untuk mendengarkan keinginan dan kebutuhan dari setiap negara.

Marty sebelumnya diutus Pemerintah RI untuk melobi kedua negara supaya bersedia menempuh cara damai. Selain mewakili Pemerintah RI, Marty juga sekaligus mewakili keketuaan (chairmanship) Indonesia di ASEAN tahun ini.

Pertemuan pertama dilakukan di Phnom Penh, Kamboja, pada Senin sore hingga malam hari. Selasa pagi, Marty berkunjung dan bertemu wakil Pemerintah Thailand di Bangkok.

”Sebagai sama-sama bagian dari ASEAN, kita tentu tidak bisa membiarkan lagi ada konflik terbuka antarnegara anggota, apalagi sampai (konflik) bersenjata. Pada prinsipnya, kawasan Asia Tenggara ini harus hening dari (suara) senjata. Konflik semacam itu bertentangan dengan semangat ASEAN,” ujar Marty.

Seusai bertemu keduanya, Marty mengaku melihat ada tiga kesan yang muncul. Kesan pertama, baik Thailand maupun Kamboja sama-sama ingin menyelesaikan persoalan ini lewat perundingan damai.

Kesan kedua, setiap pihak sadar soal pentingnya aturan gencatan senjata yang jauh lebih mengikat dan lebih baku dari yang ada dan disepakati sekarang. Dengan demikian, kesalahpahaman di lapangan bisa dihindari.

Kesan ketiga, ada peluang untuk menyinergikan berbagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah. Tidak lagi sekadar penyelesaian bilateral antarkedua negara bersengketa, tetapi juga keterlibatan regional di mana ASEAN bisa ikut berperan.

”Apalagi Dewan Keamanan PBB kemarin juga sudah menyatakan belum akan campur tangan karena masih akan memberikan peluang bagi ASEAN,” ujar Marty. (AFP/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com