Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Google Jadi Pahlawan Revolusi Mesir

Kompas.com - 09/02/2011, 04:03 WIB

Wakil Presiden itu menjumpai beberapa perwakilan dari pihak oposisi—termasuk Persaudaraan Muslim yang kuat, tetapi tidak satu pun dari kelompok pemrotes di jalanan—guna menentukan rencana sebuah transisi yang demokratis.

Mubarak telah berjanji untuk tidak mencalonkan diri kembali dalam pemilihan umum September. Namun, pihak oposisi mengatakan bahwa segala bentuk pemungutan suara melalui konstitusi Mesir yang sekarang tidak akan berjalan secara jujur.

Ketika massa yang lebih besar berkumpul untuk menggelar protes setiap hari, beberapa ribu orang lainnya bertahan di Bundaran Tahrir saat siang dan malam, tidur dengan berselimutkan plastik ataupun di bawah tank.

"Lagu-lagu patriotik tentang negara biasanya terdengar berlebihan, tapi kini kami memiliki negara ini," kata seorang dokter berusia 34 tahun, Issam Shebana, yang kembali dari Sharjah di Uni Emirat Arab untuk berjaga di klinik sukarela di bundaran itu.

"Seorang pria pada tahun 1960-an berkata, 'Kami pengecut, kami hanya berdiam diri selama bertahun-tahun.' Namun, kau selesai melakukannya. Hal itu menginspirasi. Ini seperti terlahir kembali," katanya.

"Saya tidak pernah membayangkan akan bisa tidur di aspal ketika hujan membasahi wajah kami tetapi merasa senang dengan hal itu," katanya.

Pada hari Senin, Mubarak mencoba untuk mengulur waktu dengan berjanji akan meningkatkan gaji pegawai negeri sipil sebesar 15 persen dan memerintahkan penyelidikan terhadap kekerasan berdarah yang menewaskan sedikitnya 300 orang dalam serangkaian aksi protes 15 hari itu.

"Mereka telah mengumumkan kenaikan gaji. Namun, mereka mencoba membodohi kami dengan hal itu. Jelas itu merupakan sogokan politik untuk membuat rakyat diam," kata seorang demonstran, Mohammed Nizar (36), yang mengantre dengan sabar untuk bergabung dengan kerumunan di Tahrir.

Sejumlah laporan menyebutkan bahwa Mubarak akan bertolak ke Jerman untuk pengobatan. Namun, Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle mengatakan, ia tidak mengetahui tentang permintaan itu sehingga tidak akan berspekulasi tentang masalah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com