Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah Amerika di Mesir

Kompas.com - 05/02/2011, 09:06 WIB
Abdillah Toha

Amerika memang bermain di mana- mana. Kali ini permainannya di Mesir makin terkuak. Ketika Ben Ali jatuh di Tunisia dan disusul dengan pergolakan pemuda di Mesir, Amerika mulai khawatir.

Berbeda dengan ketika ada demo besar di Iran yang menentang Ahmadinejad, di mana pemerintah Obama dengan segera dan serta-merta mendukung pendemo, kali ini Amerika sangat lamban dan terkesan menunggu perkembangan situasi.

Setelah polisi dan aparat keamanan Mesir gagal menghambat pemrotes dengan kekerasan dan kemudian militer mengambil alih dengan lebih bijak, Amerika baru mengeluarkan pernyataan meminta Mubarak tidak menggunakan kekerasan dalam menghadapi gerakan massa disana. Pernyataan ini disusul dengan permintaan agar Pemerintah Mesir melakukan reformasi dan mengadakan dialog dengan rakyatnya.

Sebagaimana biasa, sekutu Amerika di Eropa, terutama Inggris, kemudian membeo dan meminta Mubarak agar mereformasi sistem pemerintahannya, bukan pemerintahnya. Belakangan, Departemen Luar Negeri Amerika membuat pernyataan yang lebih ”maju” lagi ketika Hillary Clinton meminta Mesir untuk melaksanakan proses transisi dengan tertib (orderly transition). Tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan transisi.

”Desakan” Amerika ini segera diikuti dengan setia oleh Mubarak dengan, pertama, mengangkat orang dekatnya sebagai wakil presiden setelah 30 tahun negeri itu tidak punya wakil presiden. Kemudian, mengganti perdana menteri dan beberapa menteri lain, termasuk menteri dalam negeri yang membawahi aparat keamanan Mesir yang dikenal bengis.

Terakhir, setelah menyaksikan ketahanan dan semangat gerakan massa yang semakin meningkat dengan turunnya lebih dari sejuta pendemo pada hari Selasa, 1 Februari, Obama mengirim utusan khusus ke Mesir dan meminta Mubarak membuat pernyataan tidak akan maju lagi dalam pemilihan presiden di Mesir pada bulan September mendatang.

Permintaan Gedung Putih ini menyusul pernyataan Senator John Kerry yang meminta Mubarak bekerja sama dengan militer dan masyarakat madani untuk membentuk pemerintahan transisi. Hal ini mengingatkan kita pada upaya akhir Soeharto membentuk kabinet reformasi yang ditolak massa. Dengan serta-merta Mubarak menurut dan mengumumkan melalui televisi bahwa dia tidak akan maju lagi, tetapi berjanji akan menjaga keamanan dan penggantian pemerintahan sampai pemilu September nanti.

Taktik menunda

Sejak awal siapa pun dengan mudah dapat membaca sikap dan posisi Amerika. Ada kesan kuat bahwa satu per satu langkah Mubarak secara berurutan menunggu arahan dari Washington. Pemerintah Amerika yang dikejutkan dengan perkembangan cepat di Timur Tengah merasa kecolongan dan panik.

Obama dalam waktu seminggu terakhir berkali-kali mengadakan rapat-rapat darurat dengan berbagai pembantu utamanya untuk membahas situasi mutakhir di Mesir, seakan-akan seperti sedang membahas pemberontakan di Texas atau California.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com