Mustafa Abd Rahman
KAIRO, KOMPAS -
Hingga berita ini diturunkan, Jumat pukul 23.00 atau 18.00 waktu Kairo, Presiden Hosni Mubarak belum menunjukkan tanda-tanda akan mengundurkan diri untuk memenuhi tuntutan rakyat Mesir. Meski demikian, akhir kekuasaan presiden yang sudah berada di puncak kekuasaan selama 30 tahun itu sudah di depan mata.
Hingga pukul 15.30 waktu
Bahkan, banyak warga Mesir yang datang ke Alun-alun Tahrir membawa keluarga mereka. Mereka dengan santai berfoto bersama di lapangan yang makin penuh sesak.
Tentara Mesir, yang menjaga Alun-alun Tahrir dengan tank dan kendaraan lapis baja dari berbagai arah, terlihat sangat kooperatif terhadap rakyat yang ingin memasuki lapangan. Tentara hanya meminta kartu tanda penduduk kepada setiap warga, kemudian memeriksa seluruh badan dan tas bawaan untuk mencegah ada senjata masuk ke Alun-alun Tahrir.
Banyak pula warga Mesir masuk ke Alun-alun Tahrir dengan membawa logistik, seperti puluhan kotak air mineral dan minuman ringan serta makanan kecil.
Tak ada yang diinginkan mereka kecuali perubahan di Mesir dan perbaikan nasib mereka. Mereka meyakini perubahan itu hanya terwujud jika Presiden Hosni Mubarak mundur dan ada pergantian kepemimpinan di Mesir.
Puncak konsentrasi massa akan terjadi pada malam hari. Alun-alun Tahrir, yang merupakan lapangan terluas di Kairo, terasa sempit dan serasa tak mampu menampung massa yang membeludak. Melihat penampilan mereka, sebagian besar massa anti-Mubarak berasal dari kelas bawah dan datang dari kampung-kampung kumuh di pinggir Kairo.
Di Alun-alun Tahrir (Pembebasan) itu, mereka berseru, ”Rakyat ingin menjatuhkan Mubarak... rakyat ingin menjatuhkan Mubarak” dan ”Tumbangkan Mubarak… tumbangkan Mubarak”.