Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karakteristik China Modern

Kompas.com - 02/02/2011, 04:09 WIB

China adalah sebuah fenomena menarik dalam dunia modern. Tidak ada yang pernah mengerti dengan benar negara bangsa dengan peradaban terlama di dunia ini mampu menggerakkan kemajuan ekonomi mengikuti selurus asas kapitalistik yang dibungkus dengan sebutan ekonomi pasar sosialis.

Banyak yang masih mencari apa yang menjadi kekuatan penggerak di balik kemajuan yang berhasil dicapai dalam kurun 30 tahunan, menjadikan China sebagai negara yang sangat berpengaruh yang mampu melampaui keberhasilan ekonomi dan perdagangan Jepang, Jerman, Inggris, dan negara maju lain.

Banyak yang percaya kalau Partai Komunis China (PKC) adalah mesin penggerak utama yang menghasilkan berbagai perubahan, termasuk memperkenalkan asas kapitalistik dan menjadikan para pedagang dan pengusaha ikut menjadi bagian sebagai anggota PKC. Dan tema penting adalah bagaimana menempatkan rakyat ke dalam keseluruhan pembangunan.

Ada empat aksara China yang menjadi inti penting bagaimana kekuasaan China menempatkan rakyatnya. Empat aksara yang ditulis tangan oleh Mao Zedong ketika mendirikan RRC dan menjadi simbol (foto atas) adalah ”wei renmin fuwu”. Mengabdi untuk rakyat. Aksara yang terpampang di mana-mana, termasuk gerbang utama Zhongnanhai, tempat para pejabat negara bekerja dan tinggal.

Rakyat menjadi tema sentral kekuasaan PKC dan dilema utama yang ingin diselaraskan sesuai dengan kemajuan yang dicapai adalah bagaimana menempatkan adat istiadat sesuai dengan konteks kemajuan modernisasi China.

Kapital-sosialisme

China adalah negara dengan catatan peradaban yang panjang dan agama ataupun kepercayaan di China sekarang ini menjadi isu penting dalam mengisi kemajuan pembangunan ekonomi dan menempatkan PKC sebagai penggerak dan pelopor utamanya.

Salah satu fenomena menarik adalah berdirinya patung Konfusius di Lapangan Tiananmen, lapangan sakral tempat diproklamasikannya RRC. Selama sejarah kekuasaan komunis, terutama pada masa Revolusi Kebudayaan, penguasa PKC melakukan pembatuan total pemikiran rakyat China atas ajaran dan kepercayaan yang dianggap menghambat terbentuknya masyarakat sosialis.

Setelah kemajuan yang dicapai China selama ini, ada persoalan yang dihadapi bagaimana mengisi kesejahteraan dalam persaingan ekonomi di kalangan rakyat dalam sistem terbuka. Kehadiran patung perunggu Konghucu di Lapangan Tiananmen, Beijing, menunjukkan bahwa ada kesadaran para penguasa Beijing perlunya sebuah pegangan bagi rakyat yang sesuai dengan karakteristik China.

Robert Lawrence Kuhn buku terbarunya How China’s Leader Think: The Inside Story of China’s Reform and What This Means for the Fuuture (John Wiley & Sons, 2010) menceritakan bagaimana dilema para pemimpin China antara tingkat kepercayaan dalam ekonomi pasar dan rasa bisnis yang harus muncul agar tidak terjadi stagnasi dalam masyarakat.

Ada semacam upaya untuk menggali kembali nilai-nilai tradisional lama yang pernah menjadikan berbagai kekaisaran China mengalami masa kejayaannya, dan menggabungkannya dengan berbagai prinsip yang dianut PKC untuk menghasilkan nilai-nilai yang berkarakteristik China.

China tidak hanya membangun dengan penuh percaya diri tentang sosialisme ala China, tetapi juga kapitalisme ala China untuk menjadi kapital-sosialisme ala China yang sesuai dengan budaya, moral, dan etika yang menjadi fondasi masa kejayaan kekaisaran China yang lalu. Dan ini upaya dilakukan dengan pemisahan yang jelas dan tegas, persoalan politik yang tidak bisa bercampur dengan masalah kemajuan pembangunan ekonomi. (rlp)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com