Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyaksikan Luka Lama Australia

Kompas.com - 30/01/2011, 03:55 WIB

Mereka tidak mau acara memancingnya terganggu sehingga menunda melaporkan kejadian itu pada polisi hingga beberapa hari. Keberadaan mayat itu akhirnya diketahui polisi. Kasus terungkap dan keluarga korban marah besar atas sikap para pemancing yang tidak segera melaporkan penemuan mayat, hanya karena mayat itu gadis Aborigin. Mereka kemudian meneror keluarga keempat pemancing itu.

Claire, istri salah seorang pemancing, berusaha meminta maaf pada keluarga Aborigin dan menggalang dana untuk pemakaman korban. Namun, maksud baiknya malah ditanggapi berbeda. Dia diusir orang-orang Aborigin yang telanjur berprasangka semua orang kulit putih jahat. Di sisi lain, Claire dimusuhi orang kulit putih lainnya karena dianggap tidak mendukung suaminya.

Dampak kebijakan ”asimilasi” itu memang jadi kerikil dalam hubungan orang Aborigin dan kulit putih selama bertahun-tahun. Untuk mengakhiri situasi ini, Pemerintah Australia, di masa pemerintahan PM Kevin Rudd, pada tahun 2008 meminta maaf secara resmi dan terbuka kepada orang Aborigin. Inilah permintaan maaf pertama kali kepada orang Aborigin. Selanjutnya, semangat rekonsiliasi pun digulirkan.

Semangat rekonsiliasi ini bisa kita tangkap dalam film Bran Nue Dae (baca: brand new day) yang diputar sebagai film pembuka ”Australia on Screen.” Film yang dirilis di Australia tahun 2010 itu bercerita tentang persahabatan orang Aborigin dan kulit putih.

Robyn Kershaw, yang memproduksi Bran Nue Dae bersama Graeme Isaac, mengatakan, film ini ingin menunjukkan bahwa hubungan orang Aborigin dan kulit putih tidak selamanya buruk. ”Banyak sisi baik dalam hubungan keduanya. Soal rasisme itu tidak hanya terjadi di Australia,” ujarnya.

Ketiga film yang berkisah tentang Aborigin di festival ini adalah pengakuan jujur atas lembaran hitam dalam sejarah bangsa Australia. Mengakui dengan jujur kesalahan masa lalu dan melakukan rekonsiliasi memerlukan memang kebesaran jiwa. (Umi Kulsum, Litbang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com