Budi Suwarna dan Lusiana Indriasari
Kisah pahit orang Aborigin adalah lembaran kelam politik Australia. Kisah pahit itu bisa kita saksikan lewat sejumlah film yang diputar dalam ”Australia on Screen 2011” atau Festival Film Australia, pekan lalu di Jakarta.
Cressy (Deborah Mailman), si anak tertua, adalah seorang penyanyi opera terkenal. Mae, anak kedua, seorang perawat yang setia merawat sang ibu hingga meninggal. Nona, si bungsu, adalah perempuan pemimpi yang jiwanya terombang-ambing dan kehilangan indentitas. Kematian sang bunda memaksa ketiganya kembali berkumpul untuk menghadiri upacara pemakaman. Setelah itu, mereka kembali ke rumah masa kecil. Buat Cressy dan Mae, setiap bagian rumah itu memaksa mereka mengingat kembali kisah masa lalu yang pahit.
Lewat pergulatan batin yang hebat, Cressy dan Mae akhirnya membuka rahasia lama yang sudah lama dikubur dalam-dalam. Mae, yang begitu dekat dengan sang bunda, ternyata membenci ibunya karena sepanjang hidupnya dia merasa disia-siakan.
Sementara itu, Cressy, yang sejak kecil dititipkan di panti asuhan, mengaku pernah diperkosa seorang kulit putih yang menjadi pacar ibunya hingga hamil. Dan anak yang dia kandung adalah Nona. Rahasia yang terbuka ini membuat perasaan ketiganya hancur. Nona ingin bunuh diri karena kaget tiba-tiba harus memanggil mama pada Cressy. Cressy dan Mae membakar rumah masa kecilnya untuk menghapus pengalaman pahit mereka.
Namun, pada akhirnya ketiganya menyadari bagaimanapun mereka punya hubungan darah. Dan satu-satunya harta yang mereka miliki adalah keluarga. Akhirnya, mereka berdamai dengan kemarahan mereka dan masa lalu yang pahit.
Film karya Rachel Perkins, sutradara berdarah Aborigin ini, di sana-sini mengungkap kisah pahit yang biasa dialami orang Aborigin mulai perlakuan tanpa hormat hingga perampasan tanah oleh warga kulit putih.
Kisah pahit Aborigin antara lain buah dari kebijakan asimiliasi yang dilakukan ”pemerintah kulit putih” pada tahun 1910-an hingga 1970-an. Pada periode itu ratusan ribu anak Aborigin dirampas dari orangtua dan komunitas mereka untuk diasuh di panti asuhan seperti yang dialami Cressy.
Di sana mereka dilatih untuk menjadi orang ”kulit putih” sambil melupakan identitasnya sebagai orang Aborigin. Mereka inilah yang disebut stolen generations, generasi yang terampas. Setelah puluhan tahun pasca kebijakan asimilasi itu, saling curiga dan prasangka rasial di antara Aborigin dan kulit putih masih terjadi. Ini bisa kita tangkap dalam film Jindabye (2006). Film ini berkisah tentang empat orang kulit putih yang menemukan mayat seorang gadis Aborigin korban pemerkosaan.