Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Bayi Diculik dari Klinik

Kompas.com - 28/01/2011, 11:03 WIB

MADRID, KOMPAS.com -  Para korban kebijakan penculikan bayi, yang disetujui diktator Spanyol Jenderal Francisco Franco, telah mengajukan permintaan resmi bagi penyelidikan persoalan yang mencapai lebih dari 260 kasus itu.

Telegraph, Kamis (27/1/2011) melaporkan, sebuah asosiasi yang berjuang bagi anak-anak yang diculik dan keluarga mereka, Anadir, mengajukan permintaan itu ke kantor Jaksa umum Madrid dengan bukti-bukti termasuk tes DNA dan kesaksian para perawat bayi yang mengaku adanya penculikan tersebut. Permintaan itu dibuat atas nama para korban dan keluarga dari 261 bayi yang raib itu.

Pengacara Anadir, Enrique Vila, mengatakan banyak orang lain yang diperkirakan akan bergabung untuk menyampaikan keluhan mereka. "Kami mendapat banyak telepon dari orang-orang yang memiliki keraguan tentang asal-usul mereka, karena mereka tidak punya kemiripan fisik dengan orang tua atau kakek-nenek mereka, atau karena orang tua mereka 'melahirkan' mereka pada usia lanjut dan mereka menjadi anak tunggal," katanya.

Anadir memperkirakan, ada sekitar 300.000 kasus selama masa kediktatoran tahun 1939-1975. "Sangat sulit untuk mengetahui berapa banyak keluarga yang jadi korban karena banyak anak yang terculik tidak tahu bahwa mereka diculik," kata Vila.

Anak-anak dari para lawan politik yang berhaluan sayap kiri dan dipenjara biasanya yang diculik dari ibu mereka dengan persetujuan negara dan seringkali dengan restu Gereja Katolik Roma untuk membersihkan Spanyol dari pengaruh Marxis. Sebuah dekrit tahun 1940 mengijikan negara untuk memasukan anak-anak ke dalam tahanan jika "pendidikan moral" mereka terancam.  

Para ahli sejarah mengatakan, banyak dari "anak-anak hilang" itu dimasukkan ke dalam biara-biara Katolik, kemudian menjadi biarawati atau imam sementara yang lain secara ilegal diadopsi oleh keluarga lain, biasanya para pendukung rejim, dengan identitas yang telah diubah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com