Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kantor Pemerintah Dibakar

Kompas.com - 28/01/2011, 03:46 WIB

kairo, kamis - Aksi unjuk rasa di Mesir berlanjut memasuki babak lebih mencemaskan hari Kamis (27/1). Massa yang berunjuk rasa di Suez, kota pelabuhan di timur Kairo, bahkan makin brutal sebab mereka membakar kantor-kantor pemerintah, termasuk pos polisi. Sudah enam orang tewas.

Para aktivis oposisi didukung ribuan warga bertekad menggulingkan Presiden Mesir Hosni Mubarak dengan membakar sejumlah kantor pemerintah di Suez, kota pelabuhan terkenal di Mesir. Reuters mengutip seorang saksi melaporkan, pada Kamis pagi massa membakar pos polisi di Suez. Polisi di pos itu melarikan diri sebelum demonstran membakar dan meledakkannya dengan bom molotov.

Pada Rabu malam demonstran di Suez juga membakar sejumlah kantor pemerintah dan satu pos polisi lainnya. Massa juga melemparkan bom molotov ke kantor cabang partai penguasa, Partai Demokrasi Nasional, partai Mubarak, sehingga kantor partai itu hangus terbakar.

Demonstran itu makin beringas dan melanjutkan aksi setelah mereka mengetahui bahwa dalam aksi hari Selasa hingga Rabu pagi sudah tiga orang tewas, termasuk dua warga sipil peserta unjuk rasa. Mereka marah karena polisi telah melakukan kekerasan dengan senjata untuk menghadang aksi massa.

Massa demonstran telah menyerukan agar aksi dilanjutkan secara besar-besaran seusai shalat Jumat, seperti disampaikan melalui situs resmi oposisi negara itu, Ikhwanul Muslimin. Protes antipemerintah ini terbesar sejak Mubarak berkuasa tahun 1981. Aksi protes dipicu rasa tidak puas atas korupsi, kemiskinan dan pengangguran, serta represi.

Mantan utusan Liga Arab untuk PBB, Clovis Makoud, mengatakan, revolusi Tunisia adalah inspirasi bagi dunia Arab, terutama di negeri-negeri yang dikuasai rezim diktator. Kepada Press TV, ia mengatakan, revolusi Tunisia adalah salah satu peristiwa paling inspiratif di dunia Arab saat ini.

Dituding makar

Sekitar 1.000 pengunjuk rasa telah ditangkap oleh aparat keamanan Mesir menyusul terbitnya larangan unjuk rasa dari Kementerian Dalam Negeri hari Rabu. Kementerian mengeluarkan larangan berkumpul dan berunjuk rasa untuk menyikapi aksi protes massa yang berakhir ricuh pada hari Rabu yang menyebabkan tiga orang tewas. Ternyata, aksi itu berlanjut hingga Kamis dan menyebabkan jatuh korban tewas hingga enam orang.

Sekitar 40 orang di antaranya dituntut telah melakukan kegiatan makar oleh jaksa. Seperti diberitakan televisi Al-Arabiya, ke-40 orang itu dituduh mencoba untuk ”menggulingkan rezim” Hosni Mubarak, yang telah berkuasa sejak tahun 1981 atau sudah selama 30 tahun.

Mubarak diminta pensiun

Tokoh reformasi yang sering mengampanyekan pembaruan politik, Mohammad ElBaradei, yang menetap di Vienna, Austria, berjanji akan kembali ke Mesir untuk bergabung dalam aksi massa melengserkan Mubarak. Mantan pemenang Nobel Perdamaian ini meminta Mubarak segera pensiun. ”Dia telah melayani negara selama 30 tahun dan sudah saatnya pensiun,” katanya.

ElBaradei tahun lalu melancarkan kampanye perlunya reformasi kekuasaan di Mesir. Namun, banyak aktivis mengeluh karena ia telah menghabiskan lebih banyak waktu di luar negeri. ”Saya akan kembali ke Kairo dan kembali ke jalan karena, sungguh, tidak ada pilihan,” katanya.

Menteri Dalam Negeri Habib al-Adli meminta demonstran tenang dan membubarkan diri. ”Sistem Mesir tidak marjinal atau lemah. Kami adalah negara besar dengan sebuah pemerintahan yang didukung rakyat,” katanya. ”Negara tetap stabil dan tak terguncang oleh aksi seperti itu.”

(AP/AFP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com