Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Tangkap 46 Warga Afganistan dan Iran

Kompas.com - 24/01/2011, 03:43 WIB

SURABAYA, KOMPAS - Sebanyak 46 imigran gelap asal Afganistan dan Iran ditangkap, Jumat (21/1) malam, di Desa Tambak Oso, Sidoarjo, Jawa Timur. Sebagian dari mereka mengaku pernah ditahan di Rumah Detensi Imigrasi Bogor, Jawa Barat.

Kepala Polres Sidoarjo, Ajun Komisaris Besar M Iqbal, menuturkan, mereka ditangkap tim gabungan unit Anti-Penyelundupan Manusia Mabes Polri, Polda Jawa Timur, dan Polres Sidoarjo. Saat tertangkap, mereka sedang berada dalam tiga minibus di dekat pelabuhan rakyat Desa Tambak Oso.

”Mereka mengaku dari Afganistan dan Iran. Semua tidak memiliki dokumen keimigrasian. Hasil pendataan, 16 orang dari Afganistan dan 30 orang dari Iran. Lima di antaranya anak-anak,” kata Iqbal di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (22/1).

Para imigran gelap menumpang tiga minibus. Pengemudi minibus mengaku membawa mereka dari Terminal Purabaya, Sidoarjo, atas permintaan beberapa orang. Imigran itu dinyatakan peserta seminar. ”Saat penangkapan, otak penyelundupan imigran tidak ada,” ujarnya.

Pernah terjadi

Para imigran diduga akan naik perahu kecil menuju kapal yang sudah menanti di tengah laut. Modus serupa pernah terjadi saat Polres Sidoarjo menangkap 17 imigran gelap dari Irak dan Afganistan pada Desember 2009. ”Setelah pendataan awal, kami serahkan ke Kantor Imigrasi Surabaya dan IOM (International Organization for Migration),” kata Iqbal.

Tim gabungan polisi masih mencari otak penyelundupan. Polisi belum bisa memastikan apakah ada keterlibatan WNI atau tidak dalam sindikat imigran gelap tersebut. ”Kami masih menggali lebih lanjut,” ujarnya.

Akan diserahkan UNHCR

Kepala Seksi Penindakan Kantor Imigrasi Surabaya, M Dasrie, mengatakan, imigran dibawa ke Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pasuruan. Imigrasi bersama IOM akan mendata mereka lebih detail. ”Kami akan dalami dulu. Selanjutnya, kami akan hubungi UNHCR (Badan PBB untuk urusan pengungsi),” kata dia.

UNHCR akan membantu mencarikan negara yang bersedia menampung para imigran tersebut. Selama menunggu kepastian, Kantor Imigrasi Surabaya dan IOM akan mengurus ke 46 imigran tersebut.

Seorang imigran, Mohammed Ali (45), mengaku membayar 12.000 dollar AS kepada agen di Afganistan. Agen menjanjikan mereka bisa ke negara yang lebih aman dari Afganistan. ”Kami mau ke mana saja yang paling aman. Negara kami tidak layak ditinggali karena perang,” kata dia.

Para imigran itu menolak dimasukan lagi ke Rudenim. Sebagian dari mereka pernah melarikan diri dari Rudenim Bogor. ”Kondisi di sana buruk, seperti di penjara. Kami tidak mau ke tempat seperti itu lagi. Tolong lepaskan kami. Kami bukan kriminal, tidak layak dipenjara,” kata Ali. (RAZ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com