Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roboh seperti Teori Domino

Kompas.com - 23/01/2011, 06:53 WIB

Meskipun Bouazizi-Bouazizi di Mesir, Aljazair, dan Mauritania tidak seberhasil Bouazizi di Tunisia, sudah cukup sebagai pesan tentang betapa rakyat dunia Arab ingin perubahan di negaranya masing-masing.

Karena itu, peristiwa Tunisia akan terus menjadi inspirator bagi rakyat dunia Arab yang pada gilirannya semakin menyuburkan gerakan protes massal rakyat terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di seantero dunia Arab.

Betapa buruknya kondisi sosial ekonomi sejumlah negara Arab bisa dilihat dari laporan badan pusat statistik dan ikatan sarjana psikologi di sejumlah negara Arab itu.

Di Mesir tercatat ada 6,5 kasus bunuh diri dari setiap 100.000 penduduk atau terdapat 2.200 kasus bunuh diri setiap tahun. Menurut Badan Pusat Statistik Mesir, tercatat ada 104.000 kasus percobaan bunuh diri pada tahun 2009. Mesir memiliki kasus bunuh diri atau percobaan bunuh diri terbesar di dunia Arab.

Di Aljazair, menurut laporan ikatan sarjana psikologi Aljazair, terdapat 10.000 kasus percobaan bunuh diri setiap tahun. Menurut hasil penelitian Badan Kajian Medis Aljazair, dalam kurun waktu tahun 1995 hingga 2003 minimal terdapat seorang yang melakukan percobaan bunuh diri setiap 12 jam.

Di Tunisia, menurut laporan ikatan sarjana psikologi Tunisia, tahun 2005 terdapat seorang dalam setiap 1.000 penduduk Tunisia yang melakukan percobaan bunuh diri setiap tahun atau sekitar 10.000 kasus percobaan bunuh diri setiap tahun. Kemiskinan, pengangguran, dan rasa putus asa merupakan faktor utama tingginya jumlah kasus bunuh diri atau upaya percobaan bunuh diri di dunia Arab.

Kasus Tunisia dan munculnya fenomena Bouazizi di sejumlah negara Arab saat ini membuat tidak ada pilihan lain bagi pemerintah maupun partai-partai oposisi di dunia Arab untuk mengadopsi isu-isu riil seperti hak asasi manusia, demokrasi, kesetaraan warga negara, dan keadilan sosial dalam kebijakannnya.

Jika pemerintah negara-negara Arab atau partai penguasa tak segera mengevaluasi diri dengan cara mengadopsi isu-isu riil itu secara konsisten, cepat atau lambat akan bernasib seperti rezim Ben Ali di Tunisia. Demikian juga bila partai-partai oposisi tidak mengusung isu-isu riil dalam programnya, partai-partai itu tidak akan laku dan sulit meraih popularitas.

Satu hal lagi yang bisa diambil pelajaran dari kasus Tunisia adalah posisi institusi militer di dunia Arab. Tradisi institusi militer di dunia Arab selama ini adalah selalu menjadi bumper rezim yang berkuasa atau kekuatan rezim penguasa berada di militer. Fenomena itu terjadi di Mesir, Yaman, Suriah, Libya, Mauritania, Aljazair, dan Sudan.

Di Tunisia ternyata berbeda. Institusi militer justru memiliki hubungan kurang harmonis dengan rezim penguasa. Akan tetapi, posisi institusi militer Tunisia yang relatif independen itu justru menjadi kekuatannya dan lebih menjelma sebagai penyelamat negara serta untuk kepentingan rakyat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com