Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Yaman Didesak Mundur

Kompas.com - 22/01/2011, 03:41 WIB

Sana’a, Jumat - Ratusan warga Yaman, Kamis (20/1), turun ke jalan dan berunjuk rasa mendesak Presiden Ali Abdullah Saleh turun. Rakyat tidak puas karena negara itu telah berkubang dalam masalah kemiskinan, pengangguran, dan korupsi. Bahkan, presiden yang telah berkuasa 32 tahun itu hendak mewariskan kekuasaannya kepada anaknya.

Pewarisan kekuasaan kepada anak ataupun salah satu anggota keluarga terdekat Saleh berarti akan terjadi kesinambungan kezaliman dan penindasan. Selain itu, rakyat juga menolak reformasi politik yang diusulkan partai berkuasa, Partai Kongres Rakyat. Partai ini hendak mengamandemen undang-undang terkait masa jabatan presiden, dari lima tahun menjadi tujuh tahun.

”Kami ingin perubahan konstitusi. Namun, kami ingin perubahan itu tidak mengarah kepada kelanjutan (masa jabatan) penguasa atau pewarisan kekuasaan kepada anak-anaknya,” kata Mohammed al-Sabry, pemimpin koalisi oposisi dan partai Islah yang berhaluan Islam.

Aksi damai ratusan warga digelar di Taiz, kota di Yaman selatan. Unjuk rasa di sini, di mana banyak kota digelorakan oleh sentimen separatis, lebih heboh dan masif daripada di utara. Aksi-aksi di selatan, seperti di Pelabuhan Aden, mempersoalkan tingginya angka penganggur dan memburuknya kondisi ekonomi. Massa bentrok dengan polisi.

Warga di bagian utara Yaman juga mempersoalkan kekuasaan Saleh yang telah berjalan selama 32 tahun. Mereka melihat masalah kemiskinan, pengangguran, serta praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme semakin menjadi-jadi. Yaman adalah negara paling miskin di dunia Arab.

”Kami takkan membiarkan para pemimpin yang korup tetap berkuasa. Kami siap tidur di jalan demi negara dalam rangka untuk menyelamatkannya dari tangan yang korup,” kata Sabry.

Demonstrasi ratusan warga Yaman muncul setelah gelombang unjuk rasa di Tunisia berhasil menumbangkan kekuasaan otokratis Presiden Zine al-Abidine Ben Ali. Gelombang unjuk rasa di Tunisia menyoal tingginya angka penganggur, lonjakan harga pangan yang tidak terkendali, serta suburnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Gelombang unjuk rasa di Tunisia bermula dari aksi bakar diri seorang pemuda pedagang buah sebagai protes karena dagangan buah sumber kehidupannya yang miskin dirampas polisi. Aksi di Yaman dipicu oleh aksi bakar diri seorang penganggur di sebuah desa di wilayah Baidah, Rabu.

Keluhan rakyat akan kondisi ekonomi yang morat-marit dan represi politik telah membangkitkan amarah rakyat. Dua aksi unjuk rasa pekan ini di Universitas Sana’a mengkritik pemerintahan-pemerintahan otokratik di kalangan pemimpin di negara-negara Arab, termasuk Saleh. Ratusan warga mengusung poster bertuliskan ”Lebih baik turun sekarang sebelum Anda dipaksa turun!”.

Di antara langkah-langkah yang diajukan partai berkuasa di Yaman, ada dua masalah yang dipersoalkan rakyat. Pertama, perubahan undang-undang untuk menjamin batas masa jabatan presiden dari lima tahun menjadi tujuh tahun. Kedua, pendaftaran pemilih untuk semua orang dewasa di Yaman tanpa terkecuali.

Para analis politik di Yaman menyebutkan, selama tiga dasawarsa pemerintahan Saleh, masyarakat dan politisi tidak setuju Saleh mewariskan kekuasaannya kepada anaknya. Sebab, dengan mewariskan kekuasaan kepada anaknya, akan terjadi kesinambungan kezaliman dan penindasan bagi rakyat Yaman.

Jenderal Saleh telah berusaha memosisikan anaknya sebagai komandan pasukan garda kepresidenan dengan maksud, sepeninggal dia, sang anak bisa langsung menjadi penggantinya. Saudara Saleh, Ali Muhsin al-Ahmar, juga diangkat sebagai komandan pasukan di timur dan barat Yaman. (REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com