Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak La Nina dan Badai Australia

Kompas.com - 10/01/2011, 04:20 WIB

Ancaman hujan lebat akibat badai di utara Australia ini berpeluang terjadi lagi hingga Februari 2011. Selama suhu laut menghangat, akan terbentuk pusat tekanan rendah hingga menjadi badai di wilayah itu. Potensi imbasnya terhadap Indonesia, yaitu angin kencang dan hujan lebat, makin besar karena ekor badai cenderung memanjang akibat pemanasan global.

Merugikan perikanan

Masuknya massa air laut yang hangat dari Samudra Pasifik ke wilayah Indonesia melalui perairan di Maluku dan Sulawesi telah menimbulkan dampak negatif bagi biota laut, ”Terutama ikan, terumbu karang, dan rumput laut,” kata Nani Hendiarti, Kepala Bidang Teknologi Sistem Pemodelan Sumberdaya Alam BPPT.

Nani yang menamatkan S-3 bidang penginderaan jauh (Inderaja) kelautan di Universitas Rostock Jerman pernah menerapkan teknik Inderaja guna mengetahui distribusi fitoplankton di Selat Sunda saat terjadi La Nina.

Saat suhu laut mendingin, arus laut berinteraksi dengan udara di atmosfer memunculkan proses upwelling atau naiknya massa laut ke permukaan. Di daerah upwelling inilah terkumpul beragam nutrien berupa fitoplankton. ”Karena itu, ikan juga akan naik ke permukaan laut menuju sumber nutrien itu,” papar Nani yang pernah menjadi kepala tim peneliti aplikasi teknologi Inderaja untuk perikanan dan pertanian.

Kondisi sebaliknya terjadi ketika La Nina dan Dipole Mode Negatif.

Hangatnya suhu muka laut juga mengakibatkan tak terbentuknya upwelling. Maka, ikan pun tidak naik ke permukaan. Ikan tuna yang normalnya bergerak pada kedalaman 75 meter, ketika suhu laut menghangat, turun hingga 125 meter di bawah permukaan laut.

Saat La Nina memang tidak menguntungkan dari aspek perikanan karena para nelayan pun tidak dapat melaut akibat kondisi gelombang laut yang tinggi dan berangin kencang.

Kenaikan suhu air laut menyebabkan tumbuhnya bibit penyakit ice-ice berupa bintik-bintik atau bercak putih pada rumput laut. Namun, hal ini dapat diatasi dengan menurunkan lebih dalam posisi rumput laut yang dibudidaya di perairan.

Matinya terumbu karang juga terjadi di pesisir saat La Nina. Terumbu karang akan memutih atau disebut bleaching. ”Pemulihan kondisi ini lebih cepat terjadi di kawasan timur Indonesia karena sirkulasi air laut dari Pasifik melintasi Indonesia berlangsung cepat,” ungkap Nani. Akan tetapi, tidak demikian dengan sirkulasi di kawasan barat. Namun, kenaikan suhu massa laut ketika terjadi Dipole Mode Negatif di Samudra Hindia relatif lebih dingin dibandingkan dengan dari Pasifik.

Soal kejadian penyimpangan cuaca, baik Edvin maupun Nani berkeyakinan hal itu merupakan dampak pemanasan global atau perubahan iklim. ”Periode La Nina yang berlangsung hingga hampir setahun ini tak pernah terjadi sebelumnya. Periode terlama selama ini lima bulan,” urai Nani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com