NAIROBI, KOMPAS.com — Keraguan berbagai kalangan internasional terutama AS mengenai keberlangsungan referendum penentuan nasib Sudan Selatan terbantahkan dengan dimulainya referendum sesuai jadwal, Minggu (9/1/2011).
Kantor berita Kenya (KNA) dari Juba, ibu kota Sudan Selatan, melaporkan, sejumlah tempat pemungutan suara sibuk menerima warga yang memberi hak suara.
Referendum yang diyakini akan menghasilkan pembagian Sudan menjadi dua negara, Sudan Selatan dan Sudan Utara, tersebut menjadi perhatian luas dan diluput oleh ribuan wartawan asing.
Sejumlah wartawan asing, Minggu pagi masih dalam perjalanan ke Juba lewat Nairobi, Kenya, karena sulitnya penerbangan.
Kota Juba merupakan pusat pelaksanaan referendum penentuan nasib wilayah yang dilanda konflik bersenjata selama dua dekade hingga tercapainya perjanjian perdamaian pada 2005.
Referendum itu merupakan bagian dari ketentuan yang digariskan dalam Perjanjian Perdamaian Menyeluruh (Comprehensive Peace Agreement/CPA) tersebut.
Panitia pelaksana referendum mengatakan, 3,8 juta warga Sudan selatan baik yang bermukim di Sudan selatan maupun di wilayah utara, dan sekitar 60.000 warga Sudan selatan yang bermukim di luar negeri juga ambil bagian dalam referendum di negara tempat mereka berada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.