Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Ulama Ancam Tentara AS

Kompas.com - 09/01/2011, 03:09 WIB

NAJAF, Sabtu - Ulama anti- Amerika Serikat bernama Muqtada al-Sadr mengatakan, para pengikutnya akan terus menolak kehadiran AS dengan segala cara. Namun, ia mengatakan akan memberikan kesempatan bagi pemerintahan baru Irak untuk menggusur keberadaan AS.

Hal itu dia katakan di Najaf, Irak selatan, Sabtu (8/1). Al-Sadr (37) berbicara pertama kali setelah kembali dari pengasingan selama empat tahun di Iran. Ulama Syiah Irak ini melakukan pengasingan atas inisiatif sendiri pada tahun 2007.

Al-Sadr beberapa tahun lalu merupakan tokoh yang amat ditakuti karena serangan-serangan pengikutnya yang brutal terhadap sasarannya, Amerika Serikat. Ulama ini tidak menyarankan serangan langsung sekarang ini, tetapi mengingatkan bahwa 50.000 tentara AS yang masih bertugas di Irak suatu waktu kemungkinan akan kembali menjadi sasaran serangan.

Keberadaan tentara AS di Irak sangat tidak disukai secara umum karena dianggap melakukan invasi dan sangat tidak menghargai aspirasi warga Irak.

”Kami beri tahu dunia bahwa kami memang menolak AS. Tidak, tidak untuk pasukan pendudukan,” kata ulama tersebut dalam pidato pertamanya selama 37 menit di kota suci Syiah di Irak selatan itu.

”Kami tidak akan membunuh warga Irak—tangan-tangan kami tidak menewaskan warga Irak. Kami hanya menyerang pasukan pendudukan dengan segala cara. Kami tetap menolak dan hingga sekarang terus menolak pasukan pendudukan secara militer,” katanya.

Tak bisa diabaikan

Al-Sadr telah lama menuding AS sebagai pihak yang menduduki Irak, dan Washington memberinya cap sebagai ancaman bagi keamanan.

Kubu Al-Sadr meraih 40 kursi di parlemen Irak dalam pemilu Maret 2010. Ia kini merupakan bagian dari kelompok elite Irak serta masuk ke jajaran pemerintahan. Keberadaannya tidak bisa dianggap sepele di Irak, yang mayoritas penganut Syiah.

Di hadapan pengikutnya, Al-Sadr menyebut AS, Israel, dan Inggris sebagai musuh bersama. ”Mungkin selama beberapa hari dan bulan ini kita masih melupakan sejenak aksi perlawanan dan penggusuran pendudukan karena kita masih sibuk soal politik. Namun, tujuan utama kami tetaplah menggusur pasukan pendudukan,” katanya.

Juru bicara Kedutaan Besar AS untuk Irak, David J Ranz, menisbikan pidato Al-Sadr. ”Kami mendengarkan pidatonya, tetapi tidak ada sesuatu yang baru,” katanya.

Berdasarkan perjanjian antara AS dan Irak, pasukan AS akan mundur dari Irak pada akhir tahun 2011.

Al-Sadr menolak anggapan bahwa Irak belum siap mengamankan diri sendiri dan masih membutuhkan keberadaan pasukan AS. Akan tetapi, ia memberikan kesempatan bagi pemerintahan Irak untuk menyusun rencana pemulangan pasukan AS. ”Pemerintahan baru harus bekerja untuk membuat pasukan pendudukan mundur dengan cara yang tepat,” ujar Al-Sadr.

Ulama ini muncul ke permukaan sejak invasi AS ke Irak pada 2003 dan didukung kaum Syiah. Pasukannya, yang bernama Tentara Mahdi, pernah merepotkan aparat AS pada periode 2004- 2008. (AFP/AP/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com