JAKARTA, KOMPAS.com- Bocornya dokumen investigasi Migrant Care soal kasus pemerkosaan Rub, TKW asal Banjarnegara, tak membuat lembaga pemebela hak TKI tersebut gentar apabila pihaknya digugat oleh mantan menteri Malaysia yang diduga menjadi pelaku perkara ini.
Migrant Care bersikukuh bahwa pihaknya sama sekali tidak pernah memublikasikan dokumen tersebut ke luar, kecuali kepada instansi pemerintah Indonesia.
Demikian diungkapkan Analis Kebijakan Migrant Care, Wahy Susilo, Jumat (7/1/2011), dalam jumpa pers di Warung Daun, Cikini, Jakarta.
"Kalau ada gugatan, Migrant Care tidak ada kepentingan untuk tidak berani karena ini merupakan kasus PRT. Kami pun tidak punya kepentingan apa pun dengan menteri itu," ucapnya kepada para wartawan.
Wahyu menegaskan bahwa dokumen investigasi yang didasarkan atas pengakuan korban tersebut hanya diberikan kepada Mabes Polri dan KBRI Kuala Lumpur. "Kami tidak pernah memublikasikannya kepada siapa pun, karena ini permintaan korban," ucapnya.
Ketika ditanyakan soal kemungkinan Migrant Care untuk menempuh jalur hukum kepada pembocor dokumen itu, termasuk kepada Wikileaks, Direktur Eksekutif Migrant Care mengaku tidak akan memperpanjang persoalan pembocoran ini.
"Lagipula kalau sudah masuk WikiLeaks sudah tidak bisa diapa-apain lagi kan," ucapnya.
Kabar pemerkosaan terhadap Rub mulai merebak seusai situs penyingkap aib, WikiLeaks, membeberkan sebuah dokumen rahasia yang berasal dari Migrant Care yang diberikan kepada KBRI Malaysia dan Mabes Polri. Dokumen itu menyebutkan bahwa mantan Menteri Informasi Komunikasi dan Kebudayaan Rais Yatim memperkosa seorang tenaga kerja wanita Indonesia, bernama Rub asal Banjarnegara.
WikiLeaks dikabarkan mengacu pada Rocky Bru, seorang blogger ternama di Malaysia dan juga mantan Pemimpin Redaksi The Malaysia Mail. Di dalam blog tersebut, Rocky memberikan tautan dokumen Migrant Care tersebut.
Peristiwa ini pun sekarang menghebohkan publik Malaysia setelah salah satu surat kabarnya, Harakag Daily, mengutip bocoran data tentang pemerkosaan ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.