Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ular dan Buaya Ancam Warga

Kompas.com - 05/01/2011, 04:01 WIB

ROCKHAMPTON, SELASA - Banjir besar, yang disebabkan oleh meluapnya sungai-sungai besar di Negara Bagian Queensland, Australia, memunculkan bahaya baru. Ular, buaya, dan berbagai jenis binatang beracun bermunculan di kawasan permukiman.

Warga kota Rockhampton, yang terendam air setinggi 9 meter, melaporkan melihat berbagai jenis ular beracun, termasuk ular hitam perut merah (Pseudechis porphyriacus), ular taipan (Oxyuranus sp), dan ular coklat (Pseudonaja sp) yang sangat berbisa. Ular-ular itu, sebagian memiliki panjang hingga 2 meter, mencari tempat kering dengan naik ke pohon atau masuk ke rumah-rumah penduduk.

”Ular-ular ini jadi masalah besar. Saya menutup semua pintu karena ular-ular itu masuk,” tutur Suzanne Miller, pemilik sebuah pub di Rockhampton, sambil menambahkan, ibunya sempat hampir digigit salah satu ular berbisa itu.

Direktur Operasi State Emergency Services (SES) Scott Mahaffey menyarankan penduduk mewaspadai binatang melata itu karena saat ini mereka sedang dalam kondisi sangat agresif. ”Saat ini adalah musim kawin ular-ular itu, dan mereka sedang merasa sangat terganggu sekarang karena terhanyut dari sarang-sarang mereka,” ungkap Mahaffey.

   Selain ular, buaya-buaya air tawar juga terhanyut dari habitat mereka di sungai-sungai besar dan masuk ke wilayah kota yang terendam air. Seorang saksi melaporkan, seekor buaya terlihat membuntuti polisi yang sedang berpatroli dengan perahu motor.

Mahaffey memperingatkan warga, dengan kondisi air keruh dan kotor, buaya susah dikenali. ”Saat ini sangat sulit membedakan buaya dengan puing-puing dan sampah yang berada di air,” ujarnya.

Petugas juga memperingatkan bahaya kodok tebu (cane toad, Bufo marinus) yang beracun dan jumlahnya mencapai ribuan terlihat di seluruh kota. Sebelumnya petugas juga memperingatkan akan bahaya hanyutnya hiu-hiu lembu (Carcharhinus leucas) liar yang ganas dari sungai-sungai ke kolam renang dan pemandian umum serta risiko penyakit yang dibawa nyamuk dan lalat pasir (sandflies) pengisap darah.

Kondisi Rockhampton semakin tenggelam dan terisolasi seiring dengan semakin bertambahnya luapan Sungai Fitzroy yang membelah kota itu. Selasa (4/1), satu-satunya jalan raya yang masih bisa dilewati dan menghubungkan kota itu dengan dunia luar akhirnya ikut tenggelam juga.

Sedikitnya 500 rumah telah dikosongkan dan kini sekitar 1.000 warga tinggal di tempat penampungan sementara atau di rumah kerabat dan relasi yang masih aman. Banjir diperkirakan akan mencapai puncaknya dengan ketinggian air 9,4 meter, Rabu ini hingga Kamis besok.

”Kita masih akan mengalami banjir yang signifikan di sebagian besar wilayah kota, paling tidak sampai dua minggu lagi,” kata Wali Kota Rockhampton Brad Carter.

Banjir pun masih terus meluas setelah Biro Meteorologi Australia mengeluarkan peringatan banjir untuk tujuh sistem sungai besar di Queensland serta meramalkan hujan dan badai masih akan turun dalam beberapa hari ke depan.

Warga kota St George, yang terletak di tepi Sungai Balonne, Queensland selatan, bersiap-siap menghadapi banjir besar dengan membangun tanggul-tanggul darurat dari lumpur setinggi hingga 2 meter di sekeliling rumah mereka. Sementara kota Dirranbandi di sebelah selatan St George sudah menjadi pulau di tengah lautan air bah berwarna coklat.

Harga komoditas naik

Kegiatan ekspor berbagai komoditas pertambangan dan pertanian, yang terganggu banjir, mulai berdampak pada kenaikan harga berbagai komoditas di bursa dunia. Harga batu bara kokas, yang penting bagi industri baja, naik dari 225 dollar AS per ton menjadi 253 dollar AS per ton dalam tiga pekan terakhir.

Queensland adalah pengekspor batu bara kokas terbesar di dunia, yang memasok hingga tiga perempat kebutuhan dunia.

Dampak banjir juga diperkirakan akan menaikkan harga buah-buahan, sayur-mayur, dan produk susu sapi, yang akan menambah nilai inflasi hingga 0,3 poin. (AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com