Pemerintah Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani yang didukung oleh Amerika Serikat kehilangan mayoritasnya di parlemen, Minggu, ketika partai Muttahida Qaumi Movement (MQM) mundur dari pemerintah dan menjadi oposisi karena kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak yang menurutnya menyusahkan rakyat Pakistan.
Pemerintah Gilani bisa jatuh jika oposisi memutuskan akan mengajukan mosi tidak percaya. Dukungan Zardari pada Senin itu mencerminkan presiden tidak akan tunduk pada tekanan oposisi dan mendorong Gilani untuk mencari suara di parlemen.
Pernyataan itu bertepatan dengan tekanan AS yang meningkat terhadap Pakistan agar bertindak lebih keras terhadap kelompok-kelompok garis keras untuk membantunya memenangi perang di Afganistan.
Washington mengatakan, pihaknya akan tidak akan memberikan komentar mengenai politik koalisi Pakistan—satu masalah politik dalam negeri, tetapi menyarankan kemelut itu tidak memberikan dampak pada operasi terhadap gerilyawan.
"Saya tidak dapat berkomentar mengenai hal ini dan fakta mereka mengalami situasi politik saat ini dan jangan menggangu mereka untuk melakukan tindakan apa pun," kata juru bicara Depertemen Luar Negeri PJ Crowley kepada wartawan.
Hal itu menambahkan kesulitan pemerintah dalam memerangi kelompok garis keras domestik dan berjuang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan Dana Moneter Internasional, termasuk reformasi pajak yang sensitif, sebagai imbalan bagi pinjaman 11 miliar dollar AS.
Liga Muslim Pakistan (PML-N) yang dipimpin mantan PM Nawaz Sharif, partai oposisi terbesar di parlemen, diperkirakan akan melakukan pertemuan Selasa untuk memutuskan satu tindakan.
Kemungkinan partai itu akan menjadi kekuatan sangat penting dalam memutuskan nasib pemerintah itu karena kelompok itu adalah satu-satunya partai oposisi dengan jumlah suara yang dapat memaksa pemungutan suara tidak percaya terhadap pemerintah Gilani.
Setelah pembelotan MQM, pemerintah kurang 12 kursi dari jumlah suara yang diperlukan untuk dapat selamat dari mosi tidak percaya. Apabila pemerintah kehilangan suara seperti itu, negara tersebut harus menyelenggarakan pemilu yang dipercepat. Gilani berusaha keras untuk mendapat dukungan dari para pemimpin oposisi untuk menyelamatkan aliansinya.
Para pengamat mengatakan, mereka memperkirakan militer tidak akan melakukan intervensi, tetapi tidak mengesampingkan jika situasi memburuk. Militer memerintah Pakistan lebih dari separuh sejarah berdirinya negara itu.
Pada Senin, mantan Presiden Pervez Musharraf dari Dubai mengatakan bahwa partai baru yang ia bentuk pada Oktober, Liga Seluruh Muslim Pakistan (APML), siap bertarung dalam pemilu yang dipercepat jika itu diselenggarakan.
MQM mengatakan, para senator mereka mengajukan satu mosi dalam usaha membatalkan kenaikan harga bahan bakar minyak, tetapi tidak membuat keputusan tentang apakah akan mengajukan satu mosi tidak percaya.
MQM mundur setelah Jamiat-e-Islam (JUI), satu partai agama yang pro Taliban mundur dari koalisi bulan lalu dan bergabung dengan oposisi karena Gilani memecat salah seorang dari menteri-menterinya.
Partai itu menyerukan pengunduran diri Gilani dan mengatakan, pihaknya tidak mengesampingkan untuk bergabung kembali dengan koalisi.