Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fujiyama dari Shinkansen

Kompas.com - 03/01/2011, 06:44 WIB

Oleh: Sri Hartati Samhadi

Udara pagi dingin dan berkabut menyambut kami di Gotemba City, kota yang berada di ketinggian 450-600 meter di balik punggung Gunung Fuji, wilayah Perfecture Shizuoka, Jepang tengah.

Ini hari kedua kunjungan kami di Jepang. Tomiyaua Yoshiko, pemandu kami yang sangat rajin mengumumkan perkembangan terakhir perkiraan cuaca, malamnya sudah mengingatkan, cuaca hari ini akan drop lagi dan peluang bakal hujan 100 persen.

Dia menyarankan kami mengenakan jaket agak tebal atau jas hujan. Ramalan cuaca bahkan menyebutkan, angin topan sudah mendekati Tokyo dan kota Shizuoka yang sehari sebelumnya kami kunjungi.

Untunglah badai diperkirakan tak akan menyambangi tempat-tempat yang kami kunjungi hari itu karena kebetulan posisinya agak jauh dari Samudra Pasifik. Namun, udara dingin tak pelak membuat badan menggigil juga. Dari sini kami meluncur ke Fuji Visitor Center untuk menyaksikan dari dekat puncak gunung berselubung salju yang sangat terkenal itu.

Sayangnya, cuaca siang kemudian sangat tak bersahabat. Hari itu seharusnya kami bisa naik sampai stasiun kelima Fujiyama yang merupakan batas terakhir bagi akses kendaraan untuk menaiki gunung berketinggian 3.776 meter itu. Tempat ini pos terdekat dan paling strategis bagi wisatawan untuk melihat dari dekat Fuji yang konon memiliki empat wajah berbeda di empat musim berbeda itu.

Namun, mendadak di tengah perjalanan diumumkan bahwa hari itu pos yang berada di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan air laut ini ditutup untuk semua pengunjung karena pertimbangan keamanan akibat angin topan.

Sontak seketika itu juga kekecewaan dan gerutuan menghambur seperti kor dari seisi bus yang membawa rombongan wartawan dari Asia dan Australia. Gagal sudah melihat saruju (salju dalam bahasa Jepang) di puncak Fuji.

Meski awal November saat kami tiba di sana masih suasana musim semi—salah satu musim terbaik untuk mengunjungi Jepang—suhu di luar ruangan yang berubah dengan cepat sangat tidak menguntungkan kami. Dalam beberapa kesempatan, suhu drop dengan cepat mendekati suhu musim dingin, dibarengi hujan dan badai topan. Padahal, kalau tak ada topan, sebenarnya kami bisa melihat Fuji persis di arah depan bus kami.

Kami memang kurang beruntung. Menurut Yoshi (nama panggilan pemandu kami), hanya dua hari dalam setahun puncak Fuji tak bisa dilihat dengan mata telanjang dari posisi kami berada saat itu. Dan kebetulan salah satunya saat kami tengah berkunjung ke sana. Kami hanya melihat kabut putih pekat yang menyelimuti seluruh hamparan punggung gunung, dengan jarak pandang hanya sekitar 10 meter.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com