Lukas Adi Prasetya dan Erwin Edhi Prasetya
KOMPAS.com — Tutik (39) mengeluarkan satu demi satu salak pondoh yang baru dipetik di Dusun Daleman, Girikerto, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tanah dan abu vulkanik masih membungkus kulit salak yang coklat kehitaman. Namun, keceriaan karena menyalanya semangat tetap hadir.
"Saya sekeluarga masih dilindungi karena selamat. Enggak apa-apa panen raya sekarang gagal. Saatnya menyambut Natal dengan sederhana dan hemat,” ujarnya tersenyum, Rabu (22/12/2010).
Harapan meraup keuntungan saat panen raya salak menjelang Natal dari lahan seluas 2.000 meter persegi miliknya pupus. Separuh panennya gagal karena pohon salak porak-poranda tertimpa pasir dan debu vulkanik Merapi. Jutaan rupiah direlakan pergi.
Saat erupsi, perempuan bernama lengkap Bernadetta Tutik Setyaningsih ini meninggalkan rumahnya yang berjarak 17 km dari puncak Merapi. Keinginannya hanya ingin menyelamatkan anaknya yang berumur 2,5 bulan. Kebun ditinggal sebulan.
Natal dihadapi dengan sederhana seperti sejatinya perayaan itu dihadirkan. Tidak ada baju baru. Mereka kembali ke rumah yang diselimuti pasir dan debu untuk membersihkannya. Pohon salak juga dikepras agar tunas baru hadir.
Pastor Paroki Gereja St Yohanes Rasul (Somohitan) Y Suyatno mengutarakan, Natal kali ini Natal prihatin. Ketua Lingkungan St Yohanes Felix Pinuju Suharjono yang rumahnya di selatan gereja mengatakan, Natal kali ini benar-benar menguji ketabahan warga, tetapi juga semakin merekatkan hubungan antarwarga karena merasa senasib-sepenanggungan tanpa melihat latar agamanya. Teguh (44), umat Islam dan tinggal di sisi gereja, mengutarakan, ia nanti ikut menjaga parkir gereja saat misa.
Di Gereja Maria Assumpta Pakem, Sleman, hiasannya sederhana. Tidak ada kelap-kelip lampu. Kandang dibuat dengan bahan kayu puing-puing kandang sapi yang gosong diterjang wedhus gembel. Kayu-kayu bekas kandang sapi tersebut disumbangkan oleh seorang warga Pangukrejo. Tidak ada hewan di kandang karena ingin menggambarkan suasana keprihatinan para korban yang kehilangan ternaknya. Patung-patung yang melambangkan situasi Natal juga nihil.
Romo Petrus Sajiyana PR, pastor paroki Geraja Katolik Maria Assumpta Pakem, menuturkan, kandang itu sengaja dibangun untuk mengenang dan mengajak umat Katolik di paroki Pakem menghayati peristiwa Natal di tengah suasana pascaerupsi Merapi. Warga jangan sampai kehilangan harapan. Di tengah keprihatinan, kita harus mampu memupuk kegotongroyongan untuk bangkit.
Pembuatan kandang Natal itu dilaksanakan oleh masyarakat umum. ”Para tukang yang membantu renovasi gereja semuanya bukan umat Katolik, tetapi menawarkan diri untuk kerja lembur agar gereja benar-benar siap dipakai untuk perayaan Natal,” kata Sajiyana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.