JAKARTA, KOMPAS.com - Kedamaian bagai suatu hal yang mewah untuk dirasakan sepanjang tahun 2010 ini. Setelah 65 tahun merdeka, masih banyak warga negara yang kehilangan rasa aman dan diburu ketakutan saat menunaikan hak-hak konstitusinya, termasuk hak menunaikan ibadah sesuai kepercayaannya.
Perbedaan yang melatarbelakangi berdirinya Indonesia, justru menjadi nestapa bagi anak bangsa. Sebagai bagian dari anak bangsa yang meyakini bahwa Indonesia adalah rumah bersama, sedianya semua elemen bangsa merawat perbedaan, menjaga kedamaian, dan menolak segala bentuk intoleransi.
Demikianlah Pesan Damai Natal 2010 yang disampaikan gabungan organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan serta aktivis lintas agama dalam jumpa pers "Pernyataan Bersama Pesan Damai Natal 2010 dan Tahun Baru 2011" di kantor Maarif Institute, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (23/12/2010).
"Pesan moral yang terkandung dalam Hari Natal seyogyanya melecut kita untuk bangkit, mengabdi demi kedamaian," ujar Sekretaris Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Doddy Nugroho saat membacakan pernyataan bersama.
Keragaman agama yang ada di Indonesia, dinilai belum dipahami secara utuh, baik oleh para pemangku pemerintahan maupun kalangan sebagian masyarakat. Kekerasan berlatar belakang agama masih terjadi sepanjang tahun ini. "Tidak kurang dari 120 kasus kekerasan terjadi di Jawa Barat, terakhir yang mencuat di media, penutupan panti asuhan Jamaah Ahmadiyah di Kampung Cicaring, Tasikmalaya," ungkat Doddy.
Ditambah kasus penolakan tempat ibadah Huria Kristen Batak Protestan atau HKPB dan kasus penolakan rumah ibadah Jamaah Ahmadiyah di sejumlah daerah. "Semua bentuk tindak intoleransi dan kekerasan semacam itu menodai harmoni kehidupan kebangsaan Indonesia," kata Doddy.
Olehkarena itu, lanjut Doddy, dalam situasi kebangsaan yang sedang tercederai ini, pemerintah seharusnya bersikap adil atas semua golongan dan agama. Mendesak aparat penegak hukum untuk tidak kalau, apalagi membiarkan aksi intoleran. "Serta mendesak organisasi sosial-kemasyarakatan keagamaan untuk proaktif menjaga dan melindungi kebebasan beragama bagi siapapun," tambahnya.
Pesan Damai Natal tersebut dinyatakan bersama oleh Pendeta Gomar Gultom dari Persatuan Gereja Indonesia, Romo Benny Susetyo, Fajar Riza Ul Haq dari Maarif Institute, Adi Massardi (Komite Indonesia Bangkit), Jeirry Sumampow (PGI), Ton Abdillah (Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah), Muhammad Chozin (Ketua Umum PB HMI MPO), Stefanus Gusma (Ketua Presidium PP PMKRI), Sukman (Ketua Umum Hikmahbudhi), Doddy Nugroho (Ketua PB PMII), Slamet Nur Ahmad Effendi (Ketua Umum PP IPM), Noer Fajriensyah (Ketua Umum PB HMI), Jhon Rahmat (Ketua PP GMKI), dan Cokro Wibowo Sumarsono (Sekjen Presidium GMNI).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.