Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mangir Dikukuhkan sebagai Desa Wisata

Kompas.com - 22/12/2010, 17:33 WIB

BANTUL, KOMPAS.com - Berbekal daya tarik sejarah dan kuliner berupa gudeg manggar, Dusun Mangir dikukuhkan sebagai desa wisata. Pengukuhan tersebut diharapkan bisa memacu arus kunjungan wisatawan ke Bantul. Gudeg manggar bahkan dipersiapkan menjadi ikon kuliner baru bagi Bantul, setelah sebelumnya identik dengan geplak.

"Gudeg manggar akan kami patenkan sebagai kuliner asli Dusun Mangir. Makanan tersebut merupakan kesukaan istri Ki Ageng Mangir, Pembayun. Di sini, rata-rata warga bisa membuat gudeg manggar," kata Slamet Bagya, ketua panitia festival gudeg manggar, Rabu (22/12/2010).

Umumnya, manggar atau embrio kelapa dibuang bila ada pohon yang ditebang. Kalaupun tidak, paling hanya dibiarkan menjadi buluk (kelapa yang masih kecil), dan sering membuat genteng rumah pecah bila jatuh.

Selain daya tarik kuliner, Mangir juga memiliki banyak petilasan sejarah peninggalan Ki Ageng Mangir. Beberapa diantaranya Dhampar (singgasana), umpak, lingga yoni, dan arca nandi. Bangunan-banguna tersebut dikumpulkan menjadi satu kawasan situs.

Kawasan situs tersebut berada di lahan seluas 7.000 meter persegi. Kawasan tersebut ditata dan dipagari secara swadaya oleh seorang warga bernama Suwondoyo. Yang bersangkutan secara gigih memagari kawasan situs selama 25 tahun. "Total uang yang sudah ia keluarkan mencapai Rp 2 miliar," kata Basri, Ketua Paguyuban Soko Mangir Baru.

Menurutnya, meski telah bersusah payah melestarikan situs-situs sejarah tersebut namun ia secara sukarela telah menyerahkanya kepada pemerintah. Jika dikemas lebih menarik, situs-situs tersebut bisa menjadi daya tarik yang efektif menarik wisatawan.

Petilasan Ki Ageng Mangir membuat Dusun Mangir dipercaya sebagai dusun tertua di Bantul. Situs-situs tersebut diketahui sudah ada sejak abab IV Masehi. Mangir adalah sebuah kademangan di wilayah Kerajaan Mataram. Kademangan adalah wilayah yang membawahi lurah (Kalau sekarang setingkat Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang demang untuk urusan administratif.

Ki Ageng Mangir Wanabaya (yang kemudian dikenal dengn sebutan Ki Ageng Mangir) saat itu mendapatkan kewenangan memimpin Mangir sebagai daerah perdikan (secara terminologis berasal dari kata merdika). Itu artinya Ki Ageng Mangir juga memiliki kekuasaan otonomi dan bukan hanya masalah adminstratif belaka.

Atas dasar itulah, maka Ki Ageng Mangir merasa punya hak untuk tidak tunduk dibawah perintah Mataram. Ia pun terobsesi untuk membawa Mangir menjadi daerah merdeka. Sampai sekarang sosoknya masih menjadi perdebatan menarik di kalangan sejarawan dan budayawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com