Paris, Senin -
Kawat, yang diterbitkan oleh koran Perancis, Le Monde, Senin (20/12), itu menyatakan, terdapat jurang yang terlalu lebar antara tawaran maksimum yang bisa diberikan Perdana Menteri Israel dan tuntutan minimum yang diajukan pemimpin Palestina.
Kawat yang dikirimkan Kedutaan Besar AS di Tel Aviv, Israel, November 2009—hampir setahun sebelum dimulainya lagi perundingan damai Palestina-Israel di Washington, 2 September lalu—mengungkapkan, PM Israel Benjamin Netanyahu ingin melakukan negosiasi dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang dalam kawat itu disebut dengan nama Abu Mazen.
”Dia (Netanyahu) tertarik untuk mengambil langkah-langkah guna memperkuat Abu Mazen, tetapi dia tak akan setuju terhadap penghentian total pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, yang dituntut Abu Mazen,” ungkap dokumen itu.
Perundingan antara Palestina dan Israel tersebut akhirnya benar-benar menemui jalan buntu, Oktober silam, setelah Israel menolak memperpanjang moratorium pembangunan permukiman Yahudi di wilayah Palestina.
Dalam kawat lain terungkap pula pernyataan seorang pejabat Perancis yang mendengar Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak mengatakan ada ”perjanjian rahasia” antara Israel dan AS untuk ”melanjutkan ’pertumbuhan alamiah’ permukiman Israel di Tepi Barat”. Tidak dijelaskan lebih lanjut tentang perjanjian AS-Israel tersebut.
Sebuah kawat lain yang dikirim Juni 2007 juga menunjukkan adanya hubungan kerja sama antara Israel dan kekuatan di Palestina yang loyal terhadap Abbas. Kepala Keamanan Internal Israel Yuval Diskin mengatakan, beberapa pemimpin Fatah bahkan ingin Israel menyerang Hamas, yang mengambil alih Jalur Gaza waktu itu.