Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Tolak Tekanan China dan Rusia

Kompas.com - 19/12/2010, 17:35 WIB

YEONPYEONG, KOMPAS.com - Korea Selatan pada Minggu (19/12/2010) menolak tekanan Rusia dan China untuk membatalkan latihan dengan peluru tajam di pulau perbatasan Korea Utara.

Korut mengancam akan ada bencana bila Korsel tetap melangsungkan latihan militer di Pulau Yeonpyeong dekat dengan perbatasan Laut Kuning yang masih dalam sengketa.

"Kami tidak punya rencana untuk membatalkan latihan kami," kata juru bicara kementerian pertahanan Korsel kepada AFP, menambahkan bahwa latihan selama satu hari itu akan dilangsungkan pada Senin atau Selasa.

Pertikaian tersebut dipicu oleh pengungkapan program pengayaan uranium Korut yang dapat digunakan juga untuk memproduksi senjata nuklir dan telah memunculkan kewaspadaan di seluruh dunia.

Pada Minggu, pesawat militer Korsel terbang di atas Yeonpyeong dengan marinir berpatroli dekat dengan barak tepi pantai mereka.

Kementerian luar negeri China dan Rusia berbicara lewat telepon pada Sabtu dan meminta adanya pengendalian diri di Semenanjung Korea sementara Dewan Keamanan PBB bersiap untuk melangsungkan pembicaraan mengenai situasi tersebut.

"China dengan tegas menentang semua tindakan yang menyebabkan ketegangan dan situasi yang makin memburuk dan meminta kedua pihak di semenanjung untuk menunjukkan ketenangan dan pengendalian diri," kata Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi.

"Kedua Korea harus melakukan dialog dan komunikasi dan mencegah sepenuhnya segala tindakan yang akan memicu ketegangan," kata Yang. China, sekutu utama Korut menahan diri untuk mengecam pengeboman Pyongyang meski banyak pihak memintanya untuk menggunakan pengaruhnya atas Korut untuk mengintervensi krisis.

DK PBB akan melangsungkan pertemuan pada Minggu. Rusia mengungkapkan kemarahannya karena pertemuan itu tidak dibuat lebih awal.

"Kami menyesal mengenai hal tersebut. Kami yakin bahwa tindakan yang dilakukan oleh presiden berarti meninggalkan praktek yang sebelumnya dilakukan oleh DK PBB," kata duta besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin.

AS menolak kritik mengenai pengaturan pertemuan tersebut.

"Pertemuan ini memenuhi permintaan anggota DK PBB lainnya yaitu agar dapat memiliki waktu untuk berkonsultasi dengan pemerintah pusat lebih dulu dan memenuhi permintaan Rusia untuk pertemuan yang terjadwalkan," kata juru bicara misi AS, Mark Kornblau.

DK PBB belum membuat pernyataan apa pun mengenai serangan artileri Korut bulan lalu yang menewaskan dua marinir dan dua warga sipil dan menghancurkan puluhan rumah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com