JAKARTA, KOMPAS.com — Belakangan, secara perlahan, isi kawat yang dikirimkan Kedutaan Besar AS di Jakarta mulai bermunculan. Kawat-kawat yang dibocorkan WikiLeaks itu ramai diberitakan media-media Australia. Hal tersebut, di antaranya, soal keyakinan diplomat AS bahwa pada 2004 Badan Intelijen Negara (saat itu) terlibat dalam penyusunan skenario pembunuhan terhadap aktivis HAM Munir.
Ada pula kawat yang berisi soal adanya permintaan Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah AS untuk mencabut pelatihan bagi pasukan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat.
Terkait dengan hal ini, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum meminta pemerintah tak menganggap bocoran tersebut sebagai momok atau sesuatu yang menakutkan. "Kalau ada informasi yang kurang mengenakkan yang dibocorkan WikiLeaks, pemerintah tinggal klarifikasi saja. Toh, itu (isi kawat tersebut) belum tentu yang senyatanya. Itu kan penilaian diplomat AS," kata pimpinan parpol pendukung pemerintah itu kepada pers di depan Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, Minggu (19/12/2010).
Lebih lanjut, Anas mengatakan, ada pesan moral politik di balik skandal bocornya kawat yang dikirimkan Kedubes AS ataupun kantor perwakilannya di seluruh dunia ke Washington DC. "Tidak ada kebijakan yang bisa disembunyikan. Karena, itu selalu butuh transparansi. Kecuali sesuatu yang memang sifatnya rahasia. Setiap negara memang memiliki informasi yang bersifat rahasia untuk kepentingan nasional," kata Anas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.