Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bashir Dituduh Korupsi

Kompas.com - 19/12/2010, 03:15 WIB

london, sabtu - Presiden Sudan Omar al-Bashir, yang menjadi buron Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan genosida di Darfur, diduga menggelapkan uang negara sebesar 9 miliar dollar AS (Rp 81,2 triliun) dan menyembunyikannya di bank Inggris.

Demikian isi bocoran terbaru kawat diplomatik rahasia AS melalui WikiLeaks, yang dilansir harian Inggris, The Guardian, Sabtu (18/12). Kawat tersebut berisi pembicaraan antara pejabat senior AS dan jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court/ICC) Luis Moreno-Ocampo, tahun lalu.

Dalam pertemuan tersebut, Moreno-Ocampo mendesak AS untuk menyebarluaskan tuduhan korupsi tersebut kepada publik untuk membalik opini publik di Sudan. Selama ini, rakyat Sudan memandang Presiden Bashir sebagai seorang pejuang dan pahlawan.

Saat dikonfirmasi di markas besar ICC di Den Haag, Belanda, Sabtu, Moreno-Ocampo mengaku memiliki bukti bahwa Bashir telah mencuri uang hingga miliaran dollar AS dari negaranya sendiri. Jika tuduhan tersebut benar, nilai uang yang digelapkan Bashir mencapai sepersepuluh dari total produk domestik bruto (PDB) tahunan negara, yang masuk dalam 15 besar negara termiskin di dunia itu.

Meskipun demikian, Moreno-Ocampo mengatakan, fokus tuntutannya bukan masalah korupsi, melainkan tetap pada tuduhan bahwa Bashir telah mendalangi genosida di Darfur. ”Saya sempat menyelidiki aspek-aspek finansial (dari kasus tersebut) dan kami mendapat informasi tentang uang Bashir. Saya bisa mengonfirmasi jumlahnya mencapai 9 miliar dollar AS,” tutur Moreno-Ocampo kepada Reuters.

ICC mengeluarkan dua surat perintah penahanan Bashir terkait tragedi kemanusiaan yang terjadi di Darfur. Surat perintah pertama pada Maret 2009 untuk tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dan surat perintah kedua pada Juli 2010 untuk tuduhan genosida.

”Dalam pengalaman saya sebagai jaksa yang menangani kasus seperti ini, jika terbukti mereka (para terdakwa) juga terlibat mencuri uang, itu akan membantu untuk mendelegitimasi mereka,” papar Moreno-Campo.

Wilayah Darfur di Sudan bagian barat menjadi ajang perang saudara berkepanjangan sejak tahun 2003. Menurut PBB, konflik tersebut menewaskan sedikitnya 300.000 orang dan memaksa 2,7 juta orang mengungsi.

Perintah penahanan Bashir itu tercatat sebagai perintah pertama dalam sejarah ICC yang mendakwa presiden yang masih berkuasa. Bashir sampai saat ini menolak menyerahkan diri dengan alasan tidak mengakui yurisdiksi ICC. ”Saya telah meminta penahanan (Bashir), tetapi tidak bisa langsung menahan dia karena itu adalah tugas Pemerintah Sudan,” kata Moreno-Campo lagi.

Menolak tuduhan

Dari Khartoum, Sudan, dilaporkan, para pendukung Bashir menolak semua tuduhan tersebut. Rabie Abdelati, anggota senior partai asal Bashir, Partai Kongres Nasional (NCP), mengatakan, tuduhan penggelapan uang itu hanya propaganda yang dilancarkan Moreno-Ocampo guna menciptakan tekanan politik terhadap Bashir.

”Saya kira Presiden Bashir tidak punya rekening bank di Eropa, Amerika, ataupun di kawasan Arab. Jika ia punya rekening bank atas namanya, pasti dengan sangat mudah bisa langsung mereka sita,” kata Abdelati.

Pihak Lloyds Bank di London, yang disebut-sebut dalam kawat rahasia tersebut sebagai salah satu bank yang tahu soal uang gelap Bashir, juga mengelak. ”Kami sama sekali tak punya bukti yang mengaitkan Lloyds Banking Group dengan Tuan Bashir,” tutur juru bicara Lloyds, Sabtu.

Dalam kawat lainnya terungkap, China, yang dikenal sebagai salah satu sekutu utama Sudan, menyatakan tak keberatan dengan penangkapan Bashir selama kepentingan China terkait minyak di Sudan tak terganggu.

”China, selama masih mendapat konsesi minyak di Sudan, tak peduli terhadap nasib Bashir dan tak akan melawan penahanannya selama pemasukan (China) tak diganggu,” ujar Moreno-Campo kepada para pejabat AS dalam kawat tertanggal 3 Desember 2008 itu. (Reuters/AP/AFP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com