Kaburnya imigran gelap dari Kantor Imigrasi Cirebon itu terjadi pada Sabtu pukul 07.00. Menurut Nyoman, petugas imigrasi setempat, mereka melarikan diri dengan melompati pagar yang tertutup rapat. ”Mereka berpencar, ada yang menuju ke Kedawung, Terminal Harjamukti, dan Plered, dengan berjalan kaki,” paparnya.
Sempat terjadi kejar-kejaran antara imigran, petugas imigrasi, dan polisi. Namun, polisi tidak berani bertindak lebih jauh karena tidak ada perintah penangkapan yang resmi. Akibatnya,
Kepala Kantor Imigrasi Cirebon LK Irademor Greg secara terpisah mengatakan, setelah dikejar polisi, hanya 19 orang yang berhasil ditemukan. ”Polisi sudah mencari ke sejumlah titik, tetapi belum ada hasilnya,” katanya mengenai 26 imigran lainnya yang belum tertangkap kembali.
Sekitar pukul 11.00, sebanyak 19 imigran yang ditangkap itu lalu dibawa petugas imigrasi dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) ke rumah detensi imigrasi, yakni tempat penampungan imigrasi di Jakarta.
Menurut Greg, melalui pesan yang ditunjukkan kepada pers, para imigran gelap itu berharap lembaga di PBB yang mengurusi pengungsi (UNHCR) bisa menyelamatkan mereka. ”Tetapi, hal itu sulit terealisasi sebab status mereka bukanlah pengungsi, melainkan imigran ilegal yang pergi dari negaranya dengan alasan terhindar dari konflik politik di dalam negerinya. Bahkan, dari 45 imigran, terbukti hanya 14 orang yang dilengkapi paspor dan visa,” kata Greg.
Ke-45 imigran gelap asal Iran dan Irak tersebut ditangkap di pesisir Indramayu oleh aparat Kepolisian Resor Indramayu. Mereka ditangkap saat hendak naik ke kapal yang akan mengangkut mereka menuju Australia. Para imigran yang terdiri atas 30 laki-laki dewasa, 6 perempuan dewasa, 6 bocah perempuan, dan 3 bocah laki-laki itu berharap kehidupan mereka di Australia menjadi lebih baik.
Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar Rudi Setiawan mengatakan, para imigran itu ditangkap Sabtu dini hari setelah sebelumnya dibuntuti polisi sejak mereka dari Jakarta. Mereka masuk ke Indonesia melalui jalur udara, berangkat dari Malaysia. Setiba di Jakarta, mereka melanjutkan perjalanan lewat jalur darat dengan menyewa empat kendaraan mini bus dan akan melanjutkan lewat jalur laut.
Indramayu dipilih sebagai jalan masuk jalur laut, kata Rudi, kemungkinan karena dianggap lebih aman dibandingkan dengan Surabaya dan Semarang, yang penjagaannya relatif lebih ketat. Selain ke-45 imigran, polres juga menangkap tiga awak kapal dan empat sopir mini bus yang ditumpangi mereka.