Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Imigran Kabur Hanya Bawa Sehelai Baju

Kompas.com - 05/12/2010, 15:57 WIB

PEKANBARU, KOMPAS.com — Sebanyak 28 imigran gelap Afganistan yang kabur dari Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Pekanbaru, Riau, hanya membawa satu helai baju yang mereka pakai saat melarikan diri.

"Mereka hanya bawa baju yang mereka pakai. Tak ada yang bawa tas atau lainnya," kata seorang imigran Afganistan, Bashir Ahmad (30), di Rudenim Pekanbaru, Minggu (5/12/2010).

Sebanyak 28 imigran gelap Afganistan kabur dengan menggali terowongan dari sel tahanan hingga ke luar tembok tahanan setinggi tujuh meter pada Sabtu (4/12/2010) malam. Petugas Rudenim baru berhasil menangkap seorang imigran yang kabur, Muhammad Jalile (28), di semak-semak yang jaraknya tak jauh dari Rudenim.

Bashir mengaku melihat kejadian itu karena dia berada di sel tahanan yang berada di seberang sel IE, tempat 28 imigran melarikan diri. Menurut dia, Pekanbaru sedang diguyur hujan deras saat kejadian.

Para imigran secara bergantian kabur di sela-sela waktu patroli petugas jaga Rudenim sekitar pukul 22.00 WIB. Ia mengatakan, saat itu pintu sel tahanan belum dikunci karena Rudenim baru menguncinya pada tengah malam.

"Saya tak mau ikut, lebih baik sabar menunggu di sini," kata Bashir dengan bahasa Inggris terbata-bata. Seorang imigran lainnya, Syed Adil Reza (20), mengatakan bahwa para imigran itu kabur karena merasa frustasi tak kunjung mendapat suaka ke negara tujuan.

Ia mengatakan, para imigran itu keluar dari Afganistan karena perang yang tak berkesudahan dan berencana mencari suaka ke Australia. "Ada yang sudah lebih dari tujuh bulan di tahanan, tapi UNHCR lamban menangani kami. Tentu saja ada banyak yang memilih kabur," ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi Rudenim yang tak layak juga menambah frustasi para imigran. Syed Adil yang menempati salah satu sel di lantai dua Rudenim mengatakan, kondisi atap ruang tahanan banyak yang rusak dan bocor setiap hujan.

Kepala Rudenim Yanizur mengakui, para imigran tersebut kabur karena tak sabar menunggu proses suaka dari organisasi PBB yang menangani pengungsi UNHCR dan International Organization and Migration (IOM).

"Mereka yang kabur adalah para pencari suaka dan banyak yang tak sabar. Tapi lamanya proses tersebut bukan karena kesalahan Pemerintah Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, proses suaka terhambat antara lain karena para imigran menggunakan nama dan dokumen keimigrasian palsu. Hal itu menyebabkan proses pendataan memakan waktu lama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com