Ucapan keras Sarkozy soal Menlu Rusia itu juga dimuat dalam kawat diplomatik yang ditulis diplomat wanita AS tertanggal 8 September 2008. Saat itu Perancis mencoba menjadi penengah soal isu Georgia.
Pada Agustus 2008, pasukan Rusia menduduki sebagian wilayah di Georgia yang berbahasa Rusia untuk mengusir pasukan Pemerintah Georgia. Saat itu pasukan Georgia mencoba menguasai wilayah yang diduduki kelompok bersenjata, yang loyal pada Rusia, di Abkhazia dan Ossetia Selatan (Georgia utara).
Sarkozy, sebelum terpilih sebagai presiden, selalu mendekati para diplomat AS di Paris untuk meyakinkan mereka. Sarkozy selalu menegaskan bahwa dia adalah kandidat presiden Perancis yang paling loyal pada AS.
Setelah terpilih sebagai presiden pada tahun 2007, Sarkozy menyampaikan rasa terima kasih kepada Washington atas dukungannya sehingga terpilih sebagai Presiden Perancis. Sarkozy saat itu menawarkan untuk mengirim pasukan Perancis ke Irak guna mendukung pasukan AS.
Kedutaan AS di Paris menulis kawat diplomatik yang menegaskan bahwa Sarkozy adalah pejabat Perancis yang sangat pro-AS dan Israel, serta kurang suka pada Arab dan membenci Iran.
Dalam kawat diplomatik yang ditulis Kedutaan Besar AS di Riyadh, Arab Saudi, diungkapkan juga soal perilaku Sarkozy yang merepotkan tuan rumah Arab Saudi. Saat itu Sarkozy menolak makanan khas Arab Saudi yang disuguhkan dan selalu berceloteh soal keunggulan perusahaan Perancis.
Para pejabat Arab Saudi mengeluhkan perangai Sarkozy yang mencoba memaksa Arab Saudi membeli berbagai produk Perancis.
Dokumen itu juga mengungkapkan soal seorang jaksa penuntut Spanyol yang menyampaikan ke Dubes AS di Madrid bahwa Rusia, Chechnya, dan Belarus telah menjadi negara mafia. Seorang pengusaha Ukraina menyampaikan kepada pejabat AS bahwa dia punya hubungan dengan sindikat mafia kriminal di Rusia.