Gedung Putih menyatakan, ”Hentikan segera tindakan bermusuhan itu.” Korut didesak mematuhi perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea (1950-1953). ”AS bersumpah untuk membela sekutu kami, Korea Selatan, memelihara perdamaian dan stabilitas regional,” demikian pernyataan Gedung Putih, Selasa di Washington.
Rusia, Jepang, dan Eropa Barat juga mengecam Korut. China, sekutu dan penyanggah ekonomi Korut, juga prihatin atas insiden di perbatasan kedua Korea itu dan meminta agar perundingan nuklir enam negara yang terhenti untuk diteruskan. Perundingan terakhir pada Desember 2008 diikuti dua Korea, China, AS, Jepang, dan Rusia. Korut meninggalkan forum itu April 2009.
Menlu RI Marty Natalegawa mengatakan, Pemerintah Indonesia prihatin dengan perkembangan yang terjadi di Semenanjung Korea. Indonesia mendesak kedua negara menahan dan mengakhiri permusuhan untuk menghindari peningkatan ketegangan.
Insiden di Yeonpyeong ini merupakan yang paling serius setelah Perang Korea. Perdana Menteri Jepang Naoto Kan mengatakan, pemerintahannya mengantisipasi kemungkinan terburuk. ”Agar kita dapat bersikap tegas terhadap berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi,” kata Kan.
Menlu Rusia Sergey Lavrov, Menlu Inggris William Hague, Menlu Jerman Guido Westerwelle, dan Kepala Diplomat Uni Eropa Catherine Ashton juga mengecam keras tindakan Korut. ”Provokasi baru ini mengancam perdamaian regional,” kata Westerwelle.
Laut Kuning adalah tempat paling sensitif bagi kedua Korea. Bentrokan fisik pernah terjadi tahun 1999, 2002, dan November lalu di sana. Ketegangan meningkat sejak tenggelamnya kapal perang Korsel pada Maret 2010 akibat torpedo Korut. Pyongyang membantah. Pada akhir Oktober, Korut dan Korsel terlibat baku tembak di perairan dekat perbatasan. Hal itu menyebabkan ketegangan menjelang KTT G-20 di Seoul, bulan ini.